Oleh: Gregorius Ganggu, CGP Angkatan 3, Kabupaten Manggarai
PADA dasarnya murid sebagai seorang individu tidak hanya mampu menjalankan setiap permintaan atau instruksi yang diberikan oleh guru mereka. Sebagai makhluk yang sama dengan guru, murid tentu dapat melakukan sesuatu yang bahkan lebih dari sekadar instruksi yang diberikan oleh guru. Dalam konteks ini, murid secara alami mampu memainkan berbagai peran dalam kehidupan kesehariannya.
Secara naluri murid bisa menjadi pengamat, penanya, penjelajah, inisiator, eksekutor, evaluator dan sebagainya.
Semua itu tergantung dari peran dan porsi yang diberikan guru kepada mereka.
Untuk memahami hal tersebut, guru tentu harus mampu melihat murid dari sudut pandang yang lain.
Guru harus mampu melihat dari sudut pandang yang tidak biasa.
Memahami filosofi pendidikan, memahami karakter, memahami kebutuhan, memahami kodrat dan memahami gaya serta minat murid adalah sederetan pengetahuan yang mestinya mampu dipahami secara holistik oleh guru.
Guru yang mampu memahami secara keseluruhan terhadap hal tersebut tentu akan mampu memperlakukan dan menempatkan murid sesuai dengan apa, siap, kapan dan dimana mereka harus berada dan memainkan peran yang diembankan baginya. Untuk menjadi seorang guru yang mampu memahami secara holistik hal dimaksud membutuhkan sebuah ruang untuk membuka diri.
Membuka diri terhadap apa, siapa dan bagaimana memainkan perannya pada tempat dan situasi yang tepat. Guru yang demikian tentu akan selalu memperbaharui dirinya agar bisa memahami tujuan mulia pendidikan.
Tujuan pendidikan merdeka belajar adalah tercapainya profil pelajar Pancasila.
Profil Pelajar Pancasila dimaksud adalah pelajar sepanjang hayat yang kompeten, berkarakter, dan berperilaku sesuai nilai-nilai Pancasila. Nilai-nilai profil Pelajar Pancasila yang diharapkan tumbuh dan berkembang adalah
1) Beriman dan bertaqwa kepada Tuhan yang Maha Esa dan Berakhlak Mulia, 2) Berkhibenakaan Global, 3) Mandiri, 4) Bergotong royong, 5) Bernalar kritis dan 6) Kreatif.
Salah satu hal yang dapat mencapai nilai-nilai profil Pelajar Pancasila adalah pengelolaan sebuah program atau kegiatan yang berdampak pada kepemimpinan murid (Student Agency). Student Agency merupakan kapasitas seseorang untuk mempengaruhi fungsi dirinya dan arah jalannya sebuah peristiwa melalui tindakan yang dibuatnya. Murid sebagai agency akan mampu mengarahkan pembelajarannya sendiri, menyuarakan pendapatnya (Voice), membuat pilihan-pilihan (Choice), berpartisipasi dan berkontribusi pada komunitas belajar, mengkomunikasikan pemahaman belajarnya, dan melakukan aksi nyata sebagai hasil dari proses belajar (Ownership).
Guru dalam merancang sebuah kegiatan atau program mestinya melibatkan murid.
Murid diberikan kesempatan untuk menyuarakan pendapatnya, murid menyampaikan pilihannya dan murid menyadari kegiatan atau program yang dirancang membutuhkan keterlibatannya secara penuh dan merasa memiliki program yang dirancang.
Guru pada situasi ini adalah guru yang menempatkan murid sebagai mitra bukan sebagai pesuruh.
Guru yang menempatkan murid sebagai mitra tentunya secara aktif mendengarkan, menghormati dan menanggapi ide, pendapat, pertanyaan dan aspirasi murid. Memperhatikan kemampuan, kebutuhan, dan minat murid, memastikan proses pembelajaran sesuai, mendorong eksplorasi minat, mendorong kesempatan untuk menunjukan kreativitas murid adalah ciri lain dari seorang guru yang menempatkan murid sebagai mitra.
Faktor Pendukung Kepemimpinan Murid
Selain guru yang merupakan modal manusia dalam memberdayakan kepemimpinan murid, lingkungan juga memiliki peran penting dalam mewujudkan kepemimpinan murid (Student Agency). Sebagaimana filosofi Ki Hadjar Dewantara yang mengandaikan murid seperti tanaman padi, maka lingkungan atau lahan yang subur tentu akan memberikan kesempatan kepada murid untuk bisa tumbuh dan berkembang dengan baik.
Menurut Noble Noble, T. dan H. Mcgranth, 2016 ada tujuh (7) karakter lingkungan yang dapat menumbuhkembangkan kepemimpinan murid, yaitu:
1. Lingkungan yang menyediakan kesempatan untuk murid menggunakan pola pikir positif dan merasakan emosi yang positif, hingga berkemampuan dan berkeinginan untuk memberikan pengaruh positif kepada kehidupan orang lain dan sekelilingnya.
2. Lingkungan yang mengembangkan keterampilan berinteraksi sosial secara positif, arif dan bijaksana.
3. Lingkungan yang melatih keterampilan yang dibutuhkan murid dalam proses pencapaian tujuan akademik maupun non-akademiknya.
4. Lingkungan yang melatih murid untuk menerima dan memahami kekuatan diri, sesama, serta masyarakat dan lingkungan di sekitarnya.
5. Lingkungan yang membuka wawasan murid agar dapat menentukan dan menindaklanjuti tujuan, harapan atau mimpi yang manfaat dan kebaikannya melampaui pemenuhan kepentingan individu, kelompok, maupun golongan.
6. Lingkungan tersebut berkomitmen untuk menempatkan murid sedemikian rupa sehingga aktif menentukan proses belajarnya sendiri.
7. Lingkungan tersebut menumbuhkan daya lenting dan sikap tangguh murid untuk terus bangkit di tengah kesempitan dan kesulitan.
Selain lingkungan, faktor lain yang dapat menumbuhkembangkan kepemimpinan murid yakni keterlibatan komunitas.
Komunitas merupakan salah satu kekuatan atau asset yang dapat menunjang kepemimpinan murid. Komunitas merupakan asset sosial yang menjadi kekuatan penunjang dalam pembelajaran dan kepemimpinan murid. Beberapa asset komunitas yang dapat menjadi kekuatan dalam menunjang program berdampak pada murid sebagaimana Ki Hadjar Dewantara menyebutnya “tri sentra pendidikan” yaitu: (1) Komunitas keluarga, (2) Komunitas sekolah dan (3) Komunitas masyarakat. Komunitas sekolah antara lain komunitas kelas, komunitas antarkelas, komunitas kegiatan ekstrakurikuler, komunitas intarkurikuler dan atau komunitas ko-kurikuler.
Sedangkan komunitas masyarakat bisa berupa komunitas masyarakat sekitar sekolah, komunitas lebih luas, seperti media, dunia usaha, pemerintah, DPRD , universitas, organisasi masyarakat dan sebagainya.
Pelatihan Google Workspace for Education bagi guru dan pegawai SMAN 1 Satarmese.
a. Latar belakang kegiatan
Kegiatan ini terselenggara sebagai bentuk kepedulian penulis dalam mengejawantahkan program Kementrian dimana, Pemerintah melalui Kementrian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, Teknologi dan Pendidikan Tinggi telah meluncurkan akun belajar.id, dimana dalam akun yang terintegrasi dengan Google memiliki keunggulan dan dilengkapi dengan fasilitas berupa fitur-fitur yang dapat menunjang guru dan pegawai di satuan pendidikan untuk melakukan inovasi dan kreasi dalam proses pembelajaran. Kedua, melalui sebuah Refleksi pembelajaran daring penulis bersama murid di kelas XI MIA 1 pada Selasa, 15 Maret 2022 dan XI MIA 2 pada Rabu, 16 Maret 2022 ditemukan bahwa murid selama ini belum pernah melakukan pembelajaran daring (online) dengan pemanfaatna beberapa fitur dalam akun belajar.id.
Penulis lewat fitur jamboard menemukan perasaan, pengalaman dan curahan hati anak murid.
Dari curahan anak murid, dimana ada beberapa diantaranya adalah anggota komunitas ekstrakurikuler Jurnalistik berdiskusi, menyampaikan pendapat, mengajukan pilihan dan keinginan mereka agar para guru yang lain melakukan hal yang sama dalam pembelajaran dengan memanfaatkan teknologi yang ada.
Dengan keyakinan karakter lingkungan yang membuka wawasan murid agar dapat menentukan dan menindaklanjuti tujuan, harapan atau mimpi yang manfaat dan kebaikannya melampaui pemenuhan kepentingan individu, kelompok, maupun golongan, anak murid yang tergabung dalam komunitas ekstrakurikuler Jurnalistik mencoba memanfaatkan asset yang ada di dalam sekolah yakni Chromebook, router, PC dan laptop serta asset luar sekolah berupa Modal manusia (Guru yang berkompeten dalam pemanfaatan teknologi) menjadi narasumber untuk memberikan pelatihan kepada para guru dan pegawai.
Dari pengamatan dan pengalaman anak murid terutama selama pembelajaran dari rumah, nampak bahwa para guru tidak memiliki kemampauan dan keterbatasan dalam pemanfaatan teknologi dalam pembelajaran, sehingga pembelajaran yang seharusnya bisa dilakukan lewat virtual tidak bisa dilakukan. Dengan demikian sesuai dengan permintaan anak murid kami secara bersama mencoba merumuskan sebuah kegiatan yang dapat mefasilitasi guru untuk bisa mendapatkan pelatihan pemanfaatan teknologi dalam mendesain pembelajaran.
Judul kegiatannya adalah “Pelatihan Google Workspace for Education Bagi Guru dan Pegawai SMA Negeri 1 Satarmese”.
b. Tujuan Kegiatan
Adapun tujuan dari kegiatan Pelatihan Google Workspace for Education Bagi Guru Dan Pegawai SMA Negeri 1 Satarmese adalah sebagai berikut:
1. Memberikan pelatihan kepada para guru dan pegawai SMA Negeri 1 Satarmese tentang penggunaan teknologi dalam pembelajaran dengan pemanfaatan Google Workspace for Education melalui akun belajar.id
2. Para guru dan pegawai SMAN 1 Satarmese mampu memanfaatkan teknologi dalam pembelajaran baik dalam kegiatan intrakurikuler, kokurikuler maupun ekstrakurikuler.
3. Terwujudnya visi sekolah untuk menciptakan anak murid yang berdaya saing global
a. Pihak yang terlibat dalam Kegiatan
1. Panitia
Panitia kegiatan adalah siswa-siswi SMA Negeri 1 Satarmese yang tergabung dalam komunitas ekstrakurikuler Jurnalistik ‘PersSmansa Narang’.
2. Peserta
Peserta kegiatan terdiri atas 44 orang guru yang ada di lembaga pendidikan SMA Negeri 1 Satarmese, 5 orang pegawai dan 4 orang mahasiswa Universitas Boedi Utomo yang sedang menjalankan Praktek Pengalaman Lapangan (PPL) di SMA Negeri 1 Satarmese.
3. Narasumber
Adapun narasumber dalam kegiatan pelatihan ini melibatkan 2 orang Google Certified Educator yang memiliki lisensi langsung dari REFO Indonesia sebagai konsultan pendidikan yang ditunjuk oleh kementrian untuk menjalankan program Google Workspace for Education bagi seluruh pendidik dan tenaga kependidikan di Indonesia.
Kedua narasumber tersebut adalah GCE Veronicus Littik, S. Pd., Gr dan GCE Danar Wulan, S Si.
a. Pelaksanaan Kegiatan
Kegiatan pra-pelatihan yakni pembentukan panitia dan melakukan lobi dengan narasumber pelatihan.
Melaui pendekatan dan permohonan secara tertulis rancangan kegiatan menemukan gambaran awal dimana narasumber melakukan koordinasi dan komunikasi dengan pihak REFO. Selanjutnya anggota komunitas ekstrakurikuler Jurnlaistik ‘PersSmansa bersama dengan pembina melakukan rapat pembentukan panitia kegiatan pada hari Senin, 28 Maret 2022.
Kegiatan pelatihan dilaksanakan selama dua hari yakni Rabu, 30 Maret 2022 hingga Kamis, 31maret 2022 di Aula SMA Negeri 1 Satarmese.
Kegiatan ini dimulai pada pukul 08.00 Wita dan berakhir pada pukul 17.00 Wita.
Dalam pelaksanaan kegiatan ditemukan bahwa sebagian guru belum menautkan akun belajar.id dengan SIM PKB, sebagian lagi lupa dengan password akun, bahkan beberapa diantaranya belum pernah membuka akun belajar.id.
Dari sana dapat ditemukan jawaban asumsi awal anak komunitas bahwa sebagian besar guru belum mampu memanfaatkan akun belajar.id untuk pengembangan pembelajaran.
Dalam sambutan saat pembukaan kegiatan, ketua panitia atas nama Oktaviani Sandra Rendut (Siswi kelas XII-jurusan Matematika dan Ilmu Alam) telah memberikan sebuah kata-kata bijak yang cukup menantang para guru.
Sebagai pesan bagi para guru dan pegawai dia menutup sambutan dengan kutipan kata bijak Mario Tegu “Orang yang berhenti belajar akan menjadi pemilik masa lalu dan orang yang masih terus belajar akan menjadi pemilik masa depan”.
Dari kegiatan selama dua hari dimana peserta mempelajari Pengeloaan Drive, Penggunaan Google Docs, Pembuatan Survey Menggunakan Google Form, Membuat Evaluasi pembelajaran dengan Google Form dan Penggunaan Google Classroom, disimpulkan peserta belum mampu menerapkan dengan baik semua fitur yang telah dipelajari. Dari sana disimpulkan bahwa kegiatan pelatihan tahap berikutnya akan dirancang lebih sehingga para guru dan pegawai bisa memahami dan mengaplikasinkannya dalam pembelajaran teristimewa selama masa pandemi.
b. Evaluasi Kegiatan
Evaluasi internal panitia tentang pelaksanaan kegiatan dilakukan setelah kegiatan selesai. Anak murid memutuskan untuk melihat perubahan dalam waktu berjalan akan kemanfaatan pelatihan dan akan berencana untuk melakukan pelatihan tahap kedua jika masih diberikan ruang untuk menyelenggarakan kegiatan serupa. (***)