Mes Guru SDI Naimata Terbakar, Kerugian Materi Diperkirakan Rp 700 Juta

KUPANG, NTT PEMBARUAN.com-  Kerugian materi akibat kebakaran mes guru Sekolah Dasar Inpres (SDI) Naimata, Kelurahan Naimata, Kecamatan Maulafa, Kota Kupang, Provinsi Nusa Tenggara Timur (NTT), Senin (29/6/2020) diperkirakan lebih kurang sebesar Rp 700 juta.

Perkiraan itu diungkapkan Kepala SDI Naimata, Yovita Lakteu,S.Pd saat ditemui media ini di sekolahnya, Senin (29/6/2020). Sementara sebab-sebab terjadinya kebakaran, ia belum ketahui.

Mes guru yang terletak di belakang sekolahnya itu, terbakar sekitar jam 09.30 Wita. Mes guru itu ditempati dua kepala keluarga (KK) yang adalah guru SDI Naimata masing-masing, Theodoros Fallo bersama istri, dua anak kandung dan satu keponakannya.

Satunya lagi bernama Donatus Ende, seorang wiraswasta dimana istrinya guru di sekolah itu bersama tiga anak kandungnya. Namun, saat kejadian istri sedang bertugas di Dinas P dan K Kota Kupang dan yang berada di rumah saat kejadian hanya suami dan ketiga anaknya.

Dalam peristiwa itu, tidak ada korban jiwa, tetapi semua harta benda milik kedua kepala keluarga tersebut ludes dilahap “si jago merah”.

“Saat terbakar, saya bersama  guru –guru sementara berada di sekolah. Tiba-tiba ada teriakan dari belakang mes guru yang menyatakan ada kebakaran sehingga kami semua lari ke luar. Saat ke luar ruangan, kami melihat asap sudah sampai ke atas atap rumah.   Selanjutnya, kami langsung memukul tiang listrik akhirnya massa datang ke Tempat Kejadian Peristiwa (TKP). Saya sendiri langsung menelpon ke Dinas P dan K Kota Kupang untuk menelpon Dinas Pemadaman Kebakaran Kota Kupang supaya bisa mendatangkan mobil pemadaman kebakaran ke lokasi tersebut,” papar Yovita.

Selang 25 menit kemudian, mobil pemadaman kebakaran dari Kota Kupang tiba di lokasi kebakaran dan langsung memadamkan api yang sementara menyala. Dalam tempo singkat api sudah bisa dipadamkan.

Dari peristiwa itu, Yovita memperkirakan total kerugian yang diderita oleh kedua KK tersebut termasuk  gedung sebesar Rp 700 juta.

Terhadap musibah itu, pihaknya akan mendata semua kerugian yang ada kemudian bersurat ke Wali Kota Kupang, Kepala Dinas P dan K Kota Kupang, Dinas Sosial Kota Kupang dan Polres Kupang Kota untuk mendapatkan bantuan.

Untuk tempat tinggal sementara kedua kepala keluarga tersebut, Yovita telah menyediakan dua ruang kelas untuk ditempati saudara Theodorus Fallo bersama keluarganya, sedangkan saudara Donatus Endi bersama keluarganya menginap sementara di rumah orangtua istrinya di Penfui.

Tinggal Pakaian di Badan

Theodorus  Fallo, salah satu korban kebakaran tersebut mengaku, saat kejadian ia bersama istrinya berada di luar rumah, kecuali kedua anak kandung dan satu keponakannya masih berada di dalam rumah.

Ia juga kaget, setelah mendengar teriakan anaknya kalau mes guru yang mereka tempati itu sudah terbakar.  Mendengar teriakan anaknya itu, Fallo berusaha untuk menyelamatkan barang di dalam rumahnya, seperti uang tunai sebesar Rp 30 juta, ijazahnya dan anak-anaknya termasuk isi rumah, tetapi tidak bisa karena asap tebal dan kobaran api sudah besar.

Fallo yang terlanjur berada di dalam rumah saat itu tidak mampu bertahan, sehingga terpaksa lari kabur ke luar melalui jendela, sehingga kepalanya terbentur di batu dengan tangan kirinya terluka terbakar api saat memegang daun pintu depan rumahnya yang saat itu sementara terbakar. Akibat benturan itu, ia merasa  pusing-pusing.

Fallo mengaku, tidak ada satu pun barang –barang miliknya yang bisa diselamatkan termasuk uang tunai sebesar Rp 30 juta untuk persiapan urus adat, ijazahnya mulai dari SD,SMP,SMA dan S1 termasuk ijazah kedua anak kandung dan satu keponakannya mulai dari SD s/d SMA hangus terbakar.

Barang –barang lain miliknya yang ikut terbakar seperti televisi, tiga buah lemari besar, salon, kulkas besar 2 buah, laptop, sofa, tempat tidur dan lain-lain semuanya diperkirakan  sebesar  Rp 180 juta.

“Kami hanya tinggal pakaian di badan saja, sedangkan barang-barang lain sudah terbakar. Kami tinggal di mes guru itu sejak  saya menjadi guru honor di sekolah ini Tahun 2007,” aku Fallo.

Ditanya sumber apinya darimana, kata Fallo, ia melihat sumber apinya  dari dapur milik tetangga mesnya yang ditempati  saudara Donatus Endi.

Tetapi, Fallo tidak tahu persis apakah akibat ledakan kompor atau arus pendek listrik. “Waktu kejadian, saya dengan istri berada di luar rumah, sedangkan anak-anak di dalam rumah. Begitu anak-anak berteriak kebakaran, saya mau berusaha masuk menyelamatkan uang simpanan sebesar Rp 30 juta dan ijazah di dalam rumah, tetapi  lidah api sudah menjalar hingga ke tempatnya sehingga sulit masuk.  Sehingga saya langsung lari ke sekolah untuk mematikan meteran listrik karena listrik yang masuk ke mes saya diambil dari sekolah, sedangkan teman saya, saudara Donatus Endi memiliki meteran sendiri,” jelas Fallo.

Saat itu, ia hanya berpikir untuk menyelamatkan uang tunai Rp 30 juta dan semua ijazahnya termasuk ijazah anak-anak, tetapi itu pun bisa  karena asap sudah tebal dan api sudah menyala besar. Jalan satu-satunya, ia pasrah.

Terkait ijazah yang terbakar, ia berharap pihak kepolisian yang sudah datang menyaksikan sendiri kejadian ini tidak mempersulitkan dirinya nanti saat pengurusan surat keterangan kehilangan ijazah, sehingga atas dasar itulah lembaga yang menamatkannya sebelumnya bisa menerbitkan ijazah baru.

Kepada Pemkot Kupang, ia  juga berharap, untuk tidak menutup mata melihat peritiwa ini, paling tidak bisa meringankan beban yang dialami oleh kedua kepala keluarga tersebut. (ade)

Bagikan