Indonesia Tetap Buka Keran Ekspor ke Timor Leste

KUPANG, NTT PEMBARUAN.com- Indonesia melalui Nusa Tenggara Timur (NTT) tetap membuka keran ekspor ke negara tetangga Timor Leste (TL) lewat pintu masuk Pos Lintas Batas Negara (PLBN) Mota’ain.

“Untuk mencegah penyebaran virus corona (Covid-19) ke Indonesia, untuk sementara kita tutup keran impor dari luar negeri termasuk China dan Thailand, sedangkan keran ekspor ke TL tetap dibuka karena sebagian besar kebutuhan sembilan bahan pokok (Sembako) didatangkan dari Indonesia melalui NTT,” kata Kepala Dinas Perdagangan dan Perindustrian (Disperindag) Provinsi Nusa Tenggara Timur (NTT), Muhamad Nazir kepada wartawan di Kantor Gubernur NTT belum lama ini.

Pada prinsipnya, kata dia, perbatasan Timor Barat, Indonesia dengan Timor Leste hanya  tutup untuk mobilitas manusai, tetapi perdagangan barang yang bersifat ekspor tetap dibuka.

Barang –barang ekspor ke Timor Leste itu sebagian besar adalah Sembako, seperti beras, gula pasir, minyak goreng, supermie, garam, dan lain-lain termasuk bahan bakar minyak (BBM).

Jangan Ada Penimbunan Barang
Ilustrasi gula pasir

Nazir juga mengingatkan kepada para distributor di 22 kabupaten/kota di NTT untuk boleh dilakukan penimbunan barang di gudang saat terjadi wabah Covid-19 seperti sekarang ini.

Dicontohkannya, untuk harga gula pasir tidak boleh keluar dari harga eceran tertinggi (HET) sebesar Rp 12.500/kg. Tetapi, yang realitas yang terjadi di pasaran saat ini sudah naik berkisar antara Rp 17.000/kg –Rp 18.000/kg.

Memang,  kata Nazir, secara hukum ekonomi, jika permintaannya tinggi maka harga pun ikut naik dan itu yang berlaku adalah mekanisme pasar. Tetapi, harganya harus bisa dijangkaui oleh para pembeli.

“Yang takutkan adalah, para distributor memanfaatkan situasi isu Covid-19 ini untuk melakukan penimbunan barang dan menaikan harga sesukanya.  Selain itu, ada kepanikan dari masyarakat soal kehabisan stok, sehingga dia borong semua barang yang ada sehingga kehabisan stok,” ujarnya.

Karena itu, ia menghimbau kepada masyarakat untuk membatasi pembelian. Misalnya, membeli gula pasir, cukup 1 kg/minggu untuk satu keluarga, sehingga stok tetap ada di pasaran.

Menurut dia, untuk kebutuhan gula pasir tidak perlu diragukan karena ada juga gula kristal di pasara. Selain itu, ada juga gula semut yang dipakai sebagai barang subtitusi yang lebih sehat.

Lalu kenapa harga gula pasir saat ini mengalami kenaikan, menurut Nazir, selain karena isu Covid-19 yang berdampak pada penutupan keran impor dari luar negeri juga bertepatan dengan musim hujan  dimana sebagian besar gula-gula yang datang ke NTT tidak berada di musim giling. (ade)

Bagikan