Borgias, Penyuluh Pertanian yang Tidak Mengenal Lelah

SORE itu menikmati cahaya kuning keemasan dari matahari di batas cakrawala. Dimana-mana sunset memang indah, tapi kita merasakan sesuatu yang berbeda ketika melihat sunset dari daerah pegunungan Kecamatan Pacar, Kabupaten Manggarai Barat, apalagi disuguhkan dengan secangkir kopi asli Manggarai menjadi pelengkap kita dikala petang tiba.

Ketika malam menjemput, keramahan orang-orang di dalam rumah itu mengabadikan kebersamaan untuk saling berdiskusi tentang sesuatu yang harus dimulai dan dikerjakan untuk menyambut hadirnya label Labuan Bajo sebagai wisata super premium

Apalagi disambut dengan senyum ketulusan. Senyum ketulusan itu datang dari seorang bapak bernama Borgias Satiman. Usianya sudah 53 tahun, rambut dan kumisnya sudah hampir rata memutih, kontras dengan topi hitam yang selalu dikenakannya dalam beraktivitas setiap hari. Namun, fisik laki-laki itu masih terlihat masih tetap fit dan segar, begitu juga dengan semangatnya yang masih tetap tinggi.

Sosok laki-laki ini selama ini dikenal sebagai seorang penyuluh pertanian di dataran tinggi Kampung Nawor, Desa Kombo Selatan, Kecamatan Pacar, Kabupaten Manggarai Barat sampai sekarang masih tetap eksis menjalankan fungsi kepenyuluhannya.

Mungkin karena menjadi penyuluh pertanian itu sudah menjadi bagian dari panggilan jiwanya, makanya meski sudah tua, dia masih terus berkiprah di bidang pertanian, utamanya untuk memberikan bimbingan dan penyuluhan kepada para petani di daerahnya.

Itulah sosok Borgias, laki-laki Kelahiran Nawor, 10 Oktober 1968 ini sudah menggeluti profesi sebagai penyuluh pertanian sejak Tahun 2013 yang lalu.
Sebagai seorang penyuluh, Borgias sangat dikenal semua petani di Desa Kombo Selatan, Kecamatan Pacar, karena sosok penyuluh ini memang dikenal dekat dan mampu menyatu dengan para petani.

Pria yang mengenyam pendididikan sekolah pertanian pembangunan ini merupakan penyuluh senior ini kaya akan pengalaman, sehingga semua ilmu dan teknis pertanian hampir semua dikuasainya.

Dia begitu mahir soal teknis budidaya berbagai komoditi pertanian. Misalnya, beberapa jenis tanaman yang sudah terjual habis di beberapa pelaku usaha pariwisata di Labuan Bajo.

Dia juga handal memberikan penyuluhan tentang pemanfaatan pekarangan untuk kegiatan produktif di bidang pertanian.
Berbincang tentang segala seluk beluk pertanian dengan sosok yang satu ini, terasa begitu mengalir, semua aspek pertanian mulai dari budidaya, perawatan, pemeliharaan, analisa usaha tani sampai ke pemasaran dikuasainya dengan sangat baik.

Sosok penyuluh ini juga terlihat bersemangat ketika “dipancing” untuk bicara tentang hal-hal aktual terkait dengan pembangunan di wilayah Kabupaten Manggarai Barat.
Baginya, tua maupun muda bukanlah menjadi tantangan kiprahnya sebagai penyuluh.

Laki-laki ini juga masih terlihat rajin blusukan keluar masuk kampung satu ke kampung lainnya untuk memberikan pencerahan dan motivasi kepada para petani, layaknya penyuluh yang masih aktif, karena baginya tidak ada istilah pensiun bagi seorang penyuluh.

Selama tenaga dan pemikirannya masih dibutuhkan oleh para petani, maka dia akan selalu siap untuk memberikan pelayanan penyuluhan kepada para petani.
Selama 15 tahun hingga sampai saat ini, Borgias membina 20 kelompok binaan, kelompok pemula 3, kelompok lanjut 24, dan kelompok madya ada 3.

Kendala utamanya, kata Borgias, topografi daerah Pacar yang sebagian besarnya bukit dan infrastruktur jalan menuju tempat usaha petani yang belum memadai.

Untuk saat ini, tutur Borgias, sistem penyuluhan berbasis teknologi di desa binaannya tersebut belum mampu, akan tetapi cara dan inovasi tetap dilakukan hingga saat ini hasil panen di beberapa kelompok binaanya menggunakan pupuk organik.

Kini Borgias tugas tambahan sebagai reporter di 13 desa di Kecamatan Pacar.

“Sistem penyuluhan berbasis teknologi kami belum mampu. Apa lagi jaringan internet yang belum memadai dan tugas tambahan selain penyuluh adalah menjadi reporter Kecamatan Pacar yang tugas utamanya mengumpulkan data tanam, panen, produksi dan produktifitas serta data bencana dan serangan OPT. Tugas membina ada 2 desa, sedangakan tugas sebagaj reporter 13 desa di Kecamatan Pacar,” pungkasnya.

Kini kendaraan tua yang ditumpanginya sudah tidak bisa digunakan kembali.
Jika dihitung jarak antara satu desa dengan desa yang lainnya di Kecamatan Pacar tak memungkinkan dia untuk selalu cepat sampai ke tempat tujuan.
Puluhan kilo meter dengan jalan kaki, ia tempuhi saat ini bukan menjadi penghalang baginya untuk tetap bekerja menjalankan tugas dengan tulus, karena ia yakin dengan bekal ilmu pertanian yang dia miliki bukan hanya sebatas teori, akan tetapi bagaimana terjun langsung untuk memberikan arahan kepada para petani tentang cara merawat tanaman sayur-sayuran, buah-buahan dan komoditi lainnya agar tetap sehat dan terjaga hingga pada waktu panen tiba.

“Dulu, waktu ada motor, perjalanan jauh bisa kita target waktu untuk bisa sampai di tempat tujuan. Sekarang, sedikit berbeda karena kendaraan sudah rusak. Tetapi, meski jauh ke beberapa desa menjadi tujuan saya untuk memberikan penyuluhan kepada petani saya tetap semangat. Ada atau tidak ada kendaraan itu bukan menjadi suatu ukuran buat saya untuk tidak bekerja akan tetapi saya tetap berjuang karena saya yakin apa yang saya perjuangkan selama ini tidak akan sia-sia,” kata Borgias penuh optimis.

Buktinya, sudah beberapa kelompok yang sudah mulai paham bagaimana cara menanam dengan menggunakan pupuk organik yang baik untuk tanaman yang baik pula, sehingga kualitas hasil panen tetap terjaga.

Kini, pria Kelahiran Nawor Pacar itu, hanya bisa jalan kaki untuk bisa pergi memberikan bimbingan kepada para petani di beberapa desa yang menjadi tanggungjawabnya.

“Dulu, waktu kendaraan saya masih bagus, dalam satu hari bisa dua atau tiga kelompok saya kunjungi untuk diberikan arahan, karena ada beberapa tempat yang menjadi tugas saya di kecamatan ini,”kisahnya.

Seorang ayah yang sudah memiliki tiga anak itu berharap, apa yang ia berikan kepada beberapa generasi muda di beberapa kelompok tani yang dibimbingnya saat ini bisa memahami tentang pengalaman yang ia berikan.

Menurutnya, seorang penyuluh pertanian harus bisa memahami dan tahu lebih dalam tentang pertanian, sehingga tidak salah memberi ilmu kepada generasi muda.

“Semoga semangat yang saya miliki saat ini dapat diterapkan oleh generasi keberikutnya, sehingga hasil pertanian ke depannya tetap bertahan. Semoga apa yang saya lakukan dari dulu sampai sekarang, dapat dipahami oleh kaum muda di kampung saya ini. Biarkan saya tidak seorang petani yang sukses. Semoga yang suksesnya ke depan ada di mereka dengan modal ilmu dan bekal yang saya sudah ajari saat ini,” harapnya.

Kepada Pemerintah Kabupaten Manggarai Barat, ia berharap, untuk lebih memperhatikan tenaga penyuluh pertanian di daerahnya dengan mendekatkan diri dengan petani serta memberikan petani solusi terbaik, karena bagaimanapun juga petani adalah garda terdepan untuk ketahanan pangan di negara ini,” imbuhnya.

Tugas PPL tidak saja membuat petani tahu, tapi juga membuat petani mau dan mampu menerapkan berbagai rekomendasi teknologi yang diterapkan dalam memajukan pertanian.

Saat ini beberapa kelompok hasil bimbingan Borgias di wilayah tersebut sudah konsen menanam beberapa jenis tanaman seperti cabai, sayur-sayuran, kacang panjang, selada darat, kangkung, bawang daun, salidri, dan beberapa jenis sayuran lainnya dengan menggunakan pupuk organik.(fon)

Bagikan