UPBJJ UT Kupang PKM di Kelompok Tani Macadamia Buraen

KUPANG, NTT PEMBARUAN.id– Unit Program Belajar Jarak Jauh Universitas Terbuka (UPBJJ-UT ) Kupang melakukan kegiatan Pengabdian Kepada Masyarakat (PKM) di Kelompok Tani Macadamia Kelurahan Buraen, Kecamatan Amarasi Selatan, Kabupaten Kupang, Rabu (9/11/2022).

Direktur UPBJJ–UT Kupang, Drs. Yos Sudarso kepada media ini di Kupang, Kamis (10/11/2022) menjelaskan, UT sebagai Perguruan Tinggi Negeri ada 3 kegiatan yang harus dipenuhi yaitu Pendidikan dan Pengajaran, Pengapdian Kepada Masyarakat dan Penelitian.

“Setiap tahun, kita melakukan PKM dan Tahun 2022 ini, merupakan tahun pertama PKM di Kelompok Tani Macadamia di Kelurahan Buraen, Kecamatan Amarasi Selatan, Kabupaten Kupang,” ungkap Yos yang didampingi rekan dosennya, Wese Rogate Silalahi, S.Hut, MM dari Fakultas Ekonomi UT Kupang saat itu.

Di sana, mereka melakukan pengembangan usaha tani macadamia (macadamia integrifolia) untuk peningkatan kesejahteraan masyarakat Buraen.

“Tahun ini, kita bergerak di bidang usaha tani dan pemberdayaan masyarakat dan peningkatan ketrampilan masyarakat tani terkait budi daya tanaman kacang macadamia,” ujar Yos.

Kata Yos, untuk NTT tanaman macadamia ini hanya ada di Buraen.

Tanaman ini berasal dari Australia yang dibudidayakan di Buraen dan mulai berbuah sejak Tahun 2012.

Awalnya, dibudidaya hanya 7 pohon dan sekarang sudah berkembang 200 pohon dengan lama pembuahan selama 7 tahun.

Jika dikemas dengan baik, kata Yos, buah kacang macadamia ini mempunyai nilai jualnya sangat tinggi.

Misalnya, untuk penjualan dalam bentuk kulit mentah saja seharga Rp 200.000/kg dan kalau dijual dalam bentuk isi kering seharga Rp 800.000/kg.

Jika satu pohon menghasilkan 3 kg isi kering X Rp 800.000/kg =

Rp 2,4 juta.

Dalam setahun, tanaman ini dipanen selama 3 kali dan itu sangat membantu meningkatkan perekonomian masyarakat, kata Yos.

Senada dengan itu,Ketua PKM UPBJJ-UT Kupang, Wese Rogate Silalahi, S.Hut, MM yang juga Dosen Fakultas Ekonomi UT Kupang itu mengatakan, kacang macadamia ini akan menjadi produk unggulan yang bisa dipasarkan baik di pasaran lokal, nasional bahkan internasional.

Menurut dia, kalau dijual tanpa pengolahan atau pengemasan yang baik maka nilai jualnya rendah.

“Karena itu, kami mengangkat produk ini menjadi produk unggulan yang memiliki nilai jual tinggi ke depan,” demikian harapan Silalahi.

Mereka baru mengetahui jenis tanaman ini awal tahun lalu melalui Balai Pengelolaan Daerah Aliran Sungai dan Hutan Lindung (BPDASHL) Benain Noelmina.

“Tetapi, kelompok tani mengalami kendala di bidang pemasaran, sehingga kami tertarik untuk memberikan bantuan, baik lewat pikiran maupun bantuan peralatan fakum dan pupuk,” terang Silalahi.

Alat fakum/alat pengawet untuk mengosongkan udara, sehingga umur kadaluarsanya bertahan lama.

Selain itu, UT Kupang juga memberi bantuan alat timbang, pupuk dan zat pengatur tumbuh akar untuk keperluan okulasi dengan sistem sambung pucuk.

Pola okulasi ini menurut Wese, untuk mempercepat proses pembuahan dari normalnya selama 7 tahun bisa dipercepat menjadi 3–4 tahun sudah berbuah.

“Pola sambung pucuk inilah yang kami ajarkan kepada 12 kelompok tani macadamia di Kelurahan Buraen,” tukasnya.

Ia berharap, dengan produk kacang macadamia yang masyarakat miliki akan menjadi aset yang dapat dimanfaatkan untuk kesejahteraan keluarga.

“Kami memberi bantuan peralatan untuk pengolahan yang baik sehingga produk yang ada bisa dimanfaatkan dengan efektif mulai dari pemeliharaan tanamannya, penyimpanan bijinya sehingga bisa umur panjang dan pemakingan yang rapih sehingga ketika dipasarkan ada kesesuaian antara harga, volume dan kualitas produk,” urainya. (red)

Bagikan