Jalan  Salib Jumat Agung di Kapela St.Kristoforus Matani, Inilah 14 Perhentian yang Dilalui

JUMAT AGUNG, 7 April 2023 di Kapela St. Kristoforus Matani, Paroki St. Yoseph  Pekerja Penfui  Kupang diawali dengan jalan salib yang dimotori oleh Orang Muda Katolik (OMK) Stasi St. Kristoforus  Matani  jam  08. 00 Wita. Jalan salib ini diikuti  ratusan umat Katolik se-Stasi St.Kristoforus  Matani .

Jalan salib ini diawali dengan doa pembukaan  dan doa penutup oleh Dion Seran, salah satu OMK Stasi St. Kristoforus Matani. Sedangkan, narasi selama 14  perhentian dipandu oleh  Regina Alus, salah satu OMK Stasi St. Kristoforus Matani yang diselingi dengan doa dan lagu-lagu mengenang kisah kesengsaraan Yesus

Inilah selengkapnya 14 perhentian yang dilalui selama jalan salib  Jumat Agung di Kapela St. Kristoforus Matani.

Perhentian I  : Yesus Dijatuhi Hukuman Mati

Pada perhentian pertama ini, Yesus dihakimi di depan manusia. Dengan penuh kebencian, orang-orang Yahudi menuntut agar Yesus dijatuhi hukuman mati. Oleh desakan massa, Pilatus menjatuhkan hukuman mati kepada Yesus dengan hukuman yang tidak adil. Namun, dengan tenang, Ia menerima semua keputusan dengan tabah.

Yesus menanggung segala derita, duka dan kecemasan seluruh ciptaan dengan menerima hukaman yang tidak adil.  Saat ini, ketidakadilan merajalela di segala  lini kehidupan manusia.

Para napi tindak pidana korupsi mendapat  keistimewaan di dalam penjara, tinggal dalam kamar dengan fasilitas lengkap  seperti hotel berbintang. Bahkan sekalipun di dalam penjara mereka mampu menyuap para penjaga agar bisa bebas berkeliaran dengan penyamaran yang sangat apik.

Namun, naas menimpa banyak  napi miskin yang rela menunggu bertahun-tahun di Rutan untuk disidangkan, namun penantian itu tak kunjung datang bahkan ada yang meninggal di tahanan sebelum disidangkan.

Perhentian II  :Yesus Memanggul Salib-Nya

Pada perhentian ini, dimana  para algojo menyeret salib ke hadapan Yesus. Dengan sukarela Yesus menerima dan memikul salib berat  itu di bahu-Nya. Dia ingin minum piala yang ditawarkan Bapa-Nya. Dengan taat,  Ia memulai jalan salib menuju puncak Golgota.. Kerusakan ekologi memiliki dampak buruk yang besar pertama-tama bagi orang-orang miskin. Penyakit yang tak kunjung sembuh oleh karena air yang tercemar akibat limbah pabrik membuat mereka tak punya pilihan untuk berobat selain pasrah menunggu hari kematian.

Orang-orang miskinlah yang menanggung segala dampak buruk dari seluruh kerusakan lingkungan. Sedangkan, para  investor dan pengusaha terus menambang  tanpa mempedulikan bahaya banjir dan tanah longsor menimpa  mereka yang berada di sekitarnya.

Perhentian III :  Yesus  Jatuh Pertama Kalinya Di  Bawah Salib

Pada perhentian ini,  Yesus telah melewati beberapa langkah, namun beban salib yang menindih, jalan yang berbatu dan tidak rata  menggoyahkan kaki Yesus, sehingga Ia terjatuh di bawah salib. Dengan kasar dan bengis para algojo memaksa Yesus meneruskan perjalanan.

Kerusakan alam telah mengakibatkan banjir, tanah longsor, kekeringan dan gagal panen sehingga membuat orang terpaksa meninggalkan kampung halamannya untuk mencari pekerjaan di tanah rantau tanpa dibekali pengetahuan yang cukup.

Beberapa diantara mereka menjadi korban perdagangan orang yang kemudian meninggal karena kecelakaan. Namun, naas menimpa tidak sedikit orang yang dipulangkan  ke kampung halamannya dalam keadaan tak bernyawa dan mirisnya lagi kondisi tubuh mereka  tidak lagi utuh, dimana mereka kehilangan bola mata, jantung, ginjal dan organ tubuh vital lainnya.

Mereka adalah korban kerusakan alam di kampung halamannya namun, kemudian menjadi korban penjualan organ tubuh manusia di negeri rantau. Rantai penyelundupan manusia masih masif, martabat manusia dilecehkan demi kekayaan dan harta duniawi. Yesus menderita untuk memulihkan martabat mereka yang dilecehkan oleh karena lilitan ekonomi akibat kerusakan alam,agar kita boleh bangkit dari keterpurukan hidup.

Perhentian IV :  Yesus Berjumpa dengan Ibu-Nya

Di perhentian ini,  Bunda Maria berdiri di pinggir jalan salib yang dilalui Yesus. Mereka saling memandang dengan tatapan sendu. Maria turut merasakan kepedihan, kehinaan dan penderitaan yang dialami oleh Yesus.

Ibu-ibu selalu menjadi korban dari setiap kebijakan politik yang tidak adil. Mereka adalah subjek pertama yang menjalankan setiap kebijakan politik  yang dikeluarkan oleh pemerintah. Namun sadar atau tidak, mereka dianggap kelas kedua dalam setiap pengambilan kebijakan publik.

Dari sekian ribu pemimpin, hanya segelintir perempuan yang menjadi pemimpin.  Sebab, mereka dianggap sebagai perempuan yang bertugas untuk melahirkan, membesarkan dan mendidik anak serta  tempat mereka kerja hanyalah rumah.

Tidak sedikit dari mereka menjadi korban kekerasan dalam rumah tangga karena  lilitan ekonomi, gaji yang rendah dan kebutuhan rumah tangga meningkat akibat kenaikan harga BBM dan harga barang.

Semuanya ini merupakan ulah oknum-oknum yang menimbun BBM, bahan Sembako dan menjualnya kembali dengan harga yang tidak wajar menurut perhitungan pasar.

Perhentian V : Yesus  Ditolong Simon dari Kirene

Pada perhentian ini, mengisahkan Yesus tak mampu lagi memikul beban salib. Maka para algojo menangkap seorang petani yang baru saja kembali dari ladangnya untuk memikul salib Yesus. Dengan penuh keterpaksaan dan ketakutan, ia akhirnya memikul salib Yesus.

Tahun politik selalu menyajikan kejutan-kejuatan yang menakjubkan, dimana  para caleg   keluar masuk kampung untuk mendulang suara dengan membawa tawaran bantuan bagi orang-orang miskin dengan harapan mereka memilihnya dalam pemilihan umum.

Para tim sukses, menyerahkan bantuan kepada rakyat miskin sambil diabadikan dalam kamera untuk kemudian dipublikasikan di TikTok, Youtube, Instagaram, Facebook dan media-media online.

Pesta rakyat berubah rupa menjadi “serangan fajar” oleh beberapa calon yang akan ikut dalam pemilihan umum. Dengan bermodalkan harta benda, mereka membagi secara gratis uang tunai beberapa jam sebelum pemilihan agar bisa meraih suara yang banyak. Namun bantuan itu tidak tulus dan murni, sebab ada maksud untuk bisa dipilih.

Setelah terpilih, berapa anggota dewan dan pemimpin yang sungguh membangun daerah pemilihannya demi menyejahterakan orang-orang miskin? Dan’ sudah berapa orang yang berhasil memulihkan kerusakan lingkungan? Tidak sedikit dari mereka memberi izin untuk mengambil hak ulayat rakyat miskin dengan alibi pembangunan.

Perhentian VI : Veronika Mengusapi Wajah Yesus

Melalui perhentian ini, mengisahkan   Veronika melihat derita Yesus dan tindakan kasar para algojo. Dengan berani ia menerobos barisan para serdadu yang menjaga keamanan jalan salib Yesus dan mengusap wajah Yesus yang penuh dengan darah. Sebagai tanda terima kasih, Yesus mengabadikan wajah-Nya di dalam kain yang digunakan Veronika.

Para pejuang keadilan selalu dibungkam. Kehadiran mereka menjadi ancaman bagi oknum-oknum yang terlibat di dalam tindak kejahatan terhadap lingkungan. Pencurian kayu di hutan-hutan lindung untuk dijual ke meubel semakin masif, orang-orang miskin kehilangan ternak akibat pencurian yang diangkut dengan mobil-mobil elit untuk dijual ke rumah-rumah makan elit di kota yang akan dibeli oleh orang-orang kaya.  Namun,di saat yang sama orang miskin terus hidup miskin karena ternak mereka yang dipelihara bertahun-tahun hilang tanpa jejak.

Perhentian VII  : Yesus  Jatuh Kedua Kalinya Di Bawah Salib

Pada hernetian ini, keadaan luka Yesus  makin parah. Derita-Nya semakin bertambah, terik matahari kian tak tertahankan panasnya, Yesus jatuh untuk kedua kalinya. Namun kekuatan yang ada Ia bangkit lagi dan melanjutkan perjalanan.

Perang Rusia dan Ukraina  masih berkecamuk dan akan berlanjut hingga beberapa tahun ke depan. Dalam perang ini sudah disusupi dengan bisnis dan promosi persenjataan cannggih antara Rusia dan Amerika Serikat.

Perdagangan senjata semakin laris, dan memperkaya negara-negara produsen senjata, namun pada saat yang sama menghancurkan kemanusiaan dan seluruh kehidupan. Seruan damai dan doa konsekrasi Ukraina dan Rusia rupanya tidak memberi dampak bagi kedua pemimpin untuk segara mengakhiri perang.

Sejak awal perang hingga kini, belum ada tanda-tanda damai diantara kedua bela pihak. Gelombang pengungsian meningkat di Eropa Timur, korban jiwa masyarakt sipil terus meningkat dan Rusia terus mengancam dunia untuk membasmi setiap negara yang memusuhinya dengannya senjata nuklir.

Penggunaan senjata nuklir adalah kejahatan perang luar biasa. Sebab, nuklir tidak hanya menghancurkan gedung, dan menewaskan manusia,  tetapi juga melenyapkan segala sesuatu yang ada di sekitarnya menjadi debu dan radiasi nuklir tidak akan menghilang selama dua ratus tahun dan tempat yang terkena nuklir akan menjadi gurun yang tidak dapat dihuni oleh siapapun termasuk tumbuh-tumbuhan dan hewan tidak akan bisa hidup.

Perhentian VIII :Yesus  Menasehati Wanita-Wanita yang  Menangis

Sampah, banjir, tanah longsor, perang, resesi ekonomi, inflasi, telah menjadi satu pemandangan yang lumrah di sekitar kita.  Tingkat konsumsi yang tinggi mengakibatkan produksi sampah yang meningkat setiap hari. Di rumah-rumah penduduk tidak tersedia bak sampah bersama, bahkan sudah adapun, sampah-sampah tidak dimasukan di dalamnya namun dibuang saja di sekitar bak sampah sehingga menimbulkan aroma busuk yang bisa menimbulkan penyakit.  Tingkat kesadaran cinta lingkungan sangat rendah, sampah bertebaran di sepanjang jalan, namun mimpi untuk menjadi kota bersih hanya sebatas sensasi dan orasi.

Perhentian  IX  : Yesus Jatuh  Ketiga Kalinya Di  Bawah Salib

Fajar telah menyambut mentari dan menitipnya kepada rembang. Terik sang surya di rembang hari tak tertahankan.. Puncak golgota terasa mendidih, sehingga membuat-Nya  tiada kehidupan selain menjadi tempat tengkorak. Tiada kehidupan, selain bebatuan yang tajam. Di sinilah Tuhan terjatuh yang ketiga kalinya, namun dengan tekad yang kuat, Ia pun bangkit lagi untuk menyelesaikan jalan salib yang hampir purna.

Pengangguran meningkat, jumlah angka kemiskinan bertambah setiap tahun. Angka  putus sekolah tidak terbendung. Kualitas pelayanan kesehatan yang menurun dan kurang tertibnya para Aparatur Sipil Negara yang masuk kantor kesiangan, sehingga pelayanan kepada masyarakat terkesan buruk.

Hingga pada akhirnya, nepotisme dalam pelayanan beranak cucu sampai pada akhirnya melahirkan budaya baru yakni “budaya orang dalam”. Budaya pelayanan sejenis ini mengorbankan kesejahteraan bersama sehingga orang miskin tetap akan kesulitan untuk mendapat akses yang layak oleh pemerintah.

Perhentian  XPakaian Yesus Ditanggalkan

 Semilir hawa panas kian terasa di puncak Golgota. Terik sang surya membakar kulit, para Algojo menanggalkan pakaian Yesus di hadapan banyak orang yang turut dalam jalan salib darah kembali mengalir deras karena luka yang menempel dengan jubah Yesus. Ia sungguh dipermalukan tidak hanya dengan cacian, tetapi dengan ditelanjangi juga..

 Pengundulan hutan, penjualan sumber mata air untuk pengusaha dan tambang batu dan pasir, telah mendatangkan masalah baru di lingkungan sekitar daerah aliran sungai. Banjir setelah hujan tidak lagi dibendung oleh bebatuan yang berada di sekitar aliran sungai karena sudah diangkut ke kota untuk pembangunan.

Masyarakat miskin yang tinggal di bantaran sungai menjadi korban banjir dan tanah longsor setiap tahun. Sungai mengalami pelebaran karena penambangan pasir secara berlebihan hingga merusak area persawahan dan para petani tidak bisa membajak sawah mereka sama sekali oleh sebab, aliran air tidak menjangkau sawah mereka. Sehingga mereka harus menunggu bantuan beras bulog dari pemerintah yang sudah lama dan terdapat banyak ulat dalam beras.

Perhentian  XI  :  Yesus Dipaku Disalib

Mengisahkan,  para Algojo, mencampakan Yesus ke tanah lalu kedua tangan dan kakinya ditembusi dengan paku sehingga keluarlah darah yang begitu hebat. Setelah disatukan dengan kayu salib, Ia pun ditinggihkan lalu dipandangi semua orang dengan tatapan angkuh.

Banyak orang telah memaku hidupnya dengan segala perkara yang membuatnya tak mampu berjalan sekadar untuk menjumpai tetangganya yang sedang sakit.  Hidup kita dibelenggu dan dipaku oleh pekerjaan kita hingga kita membangun tembok dari sesama saudara kita bahkan sekalipun mereka meninggal kita tidak punya waktu untuk melayat karena tuntutan pekerjaan yang mencekik,  sehingga  kita hanya menitipkan uang dan materi sebagai ganti diri kita.

Banyak orang tidak pernah mengenal tetangganya karena dibatasi oleh paku-paku buatan seperti egoisme, dan pekerjaan yang menumpuk. Dengan alasan pekerjaan dan bisnis, kegiatan bersama seperti Rosario dan koor bersama di dalam KUB tidak pernah dihadiri sama sekali, namun orang-orang sederhana yang hidup apa adanya masih meluangkan waktu untuk menjumpai sesama melalui kegiatan di KUB.

Perhentian  XII  : Yesus Wafat Disalib

Yesus tahu, bahwa segala sesuatu telah selesai, berkatalah Ia supaya genaplah yang ada tertulis dalam Kitab Suci: “Aku haus!”  Di situ ada suatu bekas penuh anggur asam. Maka mereka mencucukkan bunga karang, yang telah dicelupkan dalam anggur asam, pada sebatang hisop lalu menunjukkannya ke mulut Yesus. Sesudah Yesus meminum anggur asam itu, berkatalah Ia: “Sudah selesai.” Lalu ia menundukkan kepala-Nya dan menyerahkan nyawa-Nya” (Yoh 19:28-30).

Jagung titi, jagung ketemak, sorgum dan bose tidak menjadi pilihan menarik sebagai makanan pokok.  Jika belum makan nasi hidup terasa belum sempurna. Namun tahukah kita berapa juta orang di dunia yang mati karena kelaparan. Penelitian membuktikan bahwa dalam satu menit, sebanyak 11 orang di seluruh dunia  mati akibat  kelaparan. Budaya hidup boros mengakibatkan orang mengalami obesitas ekstrim dengan makan sambil membuang makanan.

Sebanyak 200 LSM di seluruh dunia mengingatkan kita bahwa setiap empat detik satu orang meninggal dunia karena kelaparan. Stunting dan obesitas yang kita jumpai di kota ini merupakan produk dari budaya makan yang tidak teratur dimana orang hanya ingin makan yang enak tanpa peduli apakah itu sehat atau tidak, namun yang pasti makanan yang sehat pasti enak.

Kita belum memiliki budaya untuk mengatur pola makan yang sehat terutama bagi mereka yang mengalami obesitas agar bisa mengurangi porsi makanannya untuk diberikan kepada mereka yang mengalami stunting.

Perhentian  XIII  : Yesus Diturunkan dari Salib

Adalah seorang yang bernama Yusuf,. Ia anggota majelis besar, dan orang yang baik lagi benar. Ia tidak setuju dengan putusan dan tindakan majelis itu. Ia berasal dari Arimatea, sebuah kota Yahudi dan ia menantikan Kerajaan Allah. Ia pergi menghadap Pilatus dan meminta mayat Yesus. Dan sesudah itu ia menurunkan mayat itu” (Luk 23:50-53a)

Banyak orang NTT masih tersalib. Setiap 5 tahun, pergantian kepemimpinan,  namun  tidak ada satu terobosan baru untuk mengubah nasib orang-orang miskin NTT yang tersalib. Janji manis kampaye berseliweran dimana-mana untuk membebaskan NTT dari belenggu salib, stunting, kebodohan, kemsikinan, kekurangan pasokan air bersih,  namun hasilnya tetap sama bahkan sekalipun banyak putera dan puteri NTT yang duduk di Senayan dengan dalih menyuarakan hak rakyat NTT di Pusat agar NTT bisa keluar dari zona  tiga T (Terdepan, Tertinggal dan Terluar}. Kendati demikian, sudah 65 tahun NTT terbentuk, pergantian kepemimpinan terus dilakukan setiap 5 tahun,  NTT tetap mempertahankan posisinya sebagai Provinsi Termiskin dan mutu pendidikan rendah III secara nasional. Mari bersama-sama menurunkan masyarakat NTT dari salib kemiskinan dan kebodohan.

Perhentian  XIV : Jenazah Yesus Dimakamkan

 “Dan Yusuf pun mengambil mayat itu, mengafani-Nya dengan kain lenan yang putih bersih, membaringkan-Nya di dalam kuburnya yang baru, yang digalinya di dalam bukit batu dan sesudah menggulingkan sebuah batu besar ke pintu kubur itu” (Mat 27:59-60).

Cerita tentang Covid-19 belum sirna dari benak masyarakat..Kita menyaksikan bagaimana para pasien Covid-19 yang telah meninggal dikuburkan dengan satu kebiasaan yang tidak lazim dengan kata lain merendahkan martabat orang yang telah meninggal.

Kendati demikian, proses seperti itu tetap diterima karena situasi Covid-19 yang membawa banyak perubahan dalam hidup manusia. Selain Covid-19, kita juga menjumpai banyak jenazah yang tidak dikenal dan bahkan tidak diurus oleh keluarganya dengan alasan biaya pemakaman yang mahal, sehingga membuat banyak jenazah tanpa identitas menumpuk di rumah sakit-rumah sakit. (red/*)

Bagikan