Ingin Mengadu Nasib di Kota Super Premium Labuan Bajo, Martinus Pulang Tak Bernyawa

LABUAN BAJO, NTT PEMBARUAN.id– Peti mati berselubung kain putih berwarna coklat itu perlahan-lahan ditutup, hanya sesaat setelah berdoa membahanai langit malam yang bercampur suasana pilu, seolah-olah tak mampu menerima kenyataan. 

Pria paru baya terbaring lemas lantaran persoalan sepele nyawanya melayang di ujung tangan sekelompok orang.

Tidak mampu menahan rasa sedih keluarga korban yang tewas menagis histeris saat melayat di RSUD Komodo, sambil berharap pihak kepolisian mengusut tuntas kasus pemukulan tersebut.

Kepergian Martinus Jeminta (29) warga asal Desa Nanga Labang, Kecamatan Borong, Manggarai Timur itu meninggalkan kisah pilu yang mendalam bagi keluarga.

Almarhum meninggalkan istri dan dua anak yang masih balita.

Beberapa bulan belakangan Martinus Jeminta sudah bergabung dengan anggota Paguyupan Pedagang Kaki Lima di kota pariwisata super premium.

Namun, nasib na’as menimpanya, ia tewas setelah dipukul sekelompok orang di Kawasan Waterfront City.

Pria yang diketahui penjual cilok ini diduga tewas setelah dianiaya sekelompok orang tak dikenal di sekitar kawasan Waterfront City Labuan Bajo sekitar pukul 02.00 Wita, Minggu (2/10/2022) dini hari.

Korban dinyatakan meninggal dunia pada Minggu (2/10/2022), sekitar pukul 20.42 Wita setelah dirawat intensif di Rumah Sakit Umum Daerah Komodo Labuan Bajo.

Informasi yang diperoleh media ini, Senin (3/10/2022) jenazah korban telah dipulangkan ke kampung halamannya di Borong Manggarai Timur, pukul 01.12 Wita dengan menggunakan mobil Ambulans RSUD Komodo.

Martinus Tulang Punggung Keluarga

Menjadi tulang punggung keluarga, Martin sehari-hari menjual kopi.

Ia lebih populer sebagai penjual cilok sehingga disapa Om Cilok oleh sesama pedagang. Yossy teman korban mengisahkan Martinus menjual cilok di waterfront yang kemudian teman-temannya sering memanggil Om Cilok.

Kata Yossy, mendekati pukul 02.00, Minggu (2/10/2022) dini hari, ia bersama korban dan beberapa PPKL lain mulai berkemas barang dagangan dan mau pulang, dan saat itu Waterfront sudah sepi.

Korban saat itu juga sudah mulai berkemas, menyapu areal tempatnya jualan.

Kepada sesama PPKL, korban sempat bercanda dirinya cocok menjadi petugas cleaning service Waterfront karena rajin membersihkan areal jualan sebelum pulang.

Saat mengemas barang, tiba -tiba bagian selatan Waterfront City terdengar suara anak remaja tawuran dan saling melempar batu dan kaca.

Yossy sempat melarang korban untuk mendekati dan melanjutkan mengemas barang. Namun, setelah beberapa saat kemudian, Yossy kaget, mendengar seorang ibu berteriak, Om Cilok..Om Cilok kena pukul.

Yossy kaget Karena baru saja korban masih bersamanya mengemas barang.

Korban kemudian dilarikan ke RSUD merombok, sebab bagian kepala dan mukanya berdarah dan tidak sadarkan diri.

Yossy bersama PPKL lain saat ini kwatir dengan keselamatan mereka di waterfront. Yossy berharap pihak kepolisian segera mengusut tuntas kasus ini dan memberikan rasa aman bagi pengunjung di Waterfront. (fon)

Bagikan