KUPANG, NTT PEMBARUAN.id- Selain meningkatkan upaya pencegahan penyebaran virus corona (Covid-19), Pemerintah Provinsi NTT juga tetap memperhatikan penyakit demam berdarah dengue (DBD) dan masalah sanpah.
Dalam Webinar Strategi Kolaboratif dan Peran Lintas Sektor Pencegahan dan Pengendalian DBD di masa Pandemi Covid -19 di Provinsi NTT yang dilaksanakan di Ruang Rapat Gubernur NTT, Senin ( 21/9/2020),
Gubernur NTT, Viktor Bungtilu Laiskodat (VBL) bersama Wakil Gubernur NTT, Josef Nae Soi (JNS) meminta semua jajaran mulai dari Pemprov NTT , pemerintah kabupaten/kota hingga masyarakat untuk memperhatikan masalah kebersihan lingkungan dan juga edukasi mengenai pencegahan penyakit demam berdarah.
“Kami minta untuk semua jajaran, bupati dan wali kota dan masyarakat untuk serius memperhatikan lingkungan kita. Kebersihan ini sangat berkaitan erat dengan kesehatan. Lingkungan yang kotor dan banyak sampah bisa menjadi pemicu sarang nyamuk yang menyebabkan penyakit demam berdarah,” ujar Viktor.
“Kita secara aktif mengelola penanganan penyakit ini bukan saja mengenai kesehatan secara medis melainkan pembenahan dari lingkungan kita. Tidak boleh ada sampah lagi. Kita turun ke lapangan, benahi sampai tingkat RT dan RW. Apalagi memasuki musim hujan yang mana biasanya ada peningkatan kasus demam berdarah,” jelas Gubernur Viktor.
Lebih lanjut dikatakannya, Pemprov NTT sejauh ini terus meningkatkan upaya pencegahan penyebaran Covid- 19 dan juga tetap bertanggung jawab dalam mengantisipasi demam berdarah. Untuk itu ia meminta agar semua pihak berusaha agar jangan ada lagi kematian yang disebabkan karena demam berdarah dalam hal ini penanganan terhadap orang yang mengalami sakit harus cepat dan tepat.
“Bila demam berdarah ini masih tinggi berarti edukasi pada masyarakat masih rendah. Maka dari itu sosialisasi harus terus dilakukan seperti pola 3M dan memastikan pendistribusian bubuk abate telah sampai kepada masyarakat sebagai langkah pencegahan,” tegasnya.
Ia menambahkan, perlu adanya langkah-langkah antisipasi bila ada masyarakat yang terkena gejalanya seperti demam dan panas tinggi selama beberapa hari maka harus ditangani dengan cepat karena biasanya penanganan yang lambat akan membawa dampak yang lebih parah hingga berujung kematian.
“Kita juga mau Perguruan Tinggi seperti Politeknik Kesehatan, Sekolah Tinggi Kesehatan dan juga dari Universitas Nusa Cendana diantaranya Fakultas Kedokteran dan Fakultas Kesehatan Masyarakat harus mengambil peran di sini. Jadi, kita bukan diskusi saja dalam webinar ini, tetapi harus kerja di lapangan dengan memberi sosialisasi untuk masyarakat. Waktu lalu, kita mendapat kabar bahwa di Kabupaten Sikka itu sampai pada KLB (Kejadian Luar Biasa), maka saya mau ke depannya penanganan serius bukan hanya di Sikka tetapi semua kabupaten”, kata Gubernur Viktor.
Sementara itu, Direktur Politeknik Kesehatan Kupang, dr. R.H Kristina, S.KM, M.Kes mengatakan tindakan kolaboratif rencana institusi Poltekes dengan lintas sektor dan program dalam penanganan dan pencegahan demam berdarah diantaranya, pertama, strategi pemberatasan jentik (pemasangan ovitra pada daerah endemis DBD secara masal dan larvasidasi masal).
Kedua, strategi pemberantasan nyamuk (fooging focus dan fooging masal), ketiga , strategi pemberdayaan masal (edukasi aspek perilaku masyarakat, pemberdayaan kader masyarakat dengan tindakan 3M, serta penyuluhan cara penggunaan larvasida). (ade/*)