KUPANG, NTT PEMBARUAN.id- Pembangunan Jembatan Gantung yang menghubungkan antara warga Kelurahan Manutapen dengan warga Kelurahan Penkase Oeleta, Kecamatan Alak, Kota Kupang membutuhkan para pekerja yang memiliki nyali atau keberanian yang kuat.
Seperti disaksikan wartawan media ini di lokasi pembangunan jembatan gantung tersebut, Kamis (24/1/2019), kondisi medan yang berjurang dengan kedalaman kurang lebih 30 meter itu taruhannya adalah nyawa.
Karena itu, hanya mereka yang sudah terlatih dan memiliki nyali yang kuat saja yang bisa merakit besi di atas ketinggian kurang lebih 30 meter dengan panjang jembatan 72 meter dan lebar 2 meter tersebut.
Selain jurang yang dalam, kondisi medan juga berbatuan sehingga menyulitkan exavator masuk ke dalamnya. Yang lebih parah lagi, cuaca sekarang kurang mendukung seperti hujan angin yang menghambat percepatan pekerjaan tersebut.
Progress 95 Persen
Pejabat Pembuat Komitmen (PPK) 3.2 Oesapa – Batas Kota SoE, Grace Agustina Togatorop kepada wartawan media ini di Kupang, Kamis (24/1/2019) menjelaskan, progress fisik pekerjaan tersebut sudah mencapai 95 persen.
“Kalau cuacanya bagus, minggu depan sudah bisa rampung 100 persen. “Kita kerjanya lomba-lombaan dengan hujan, karena proyek ini juga diluncurkan akhir tahun 2018 lalu,” kata Grace.
Grace mengakui, pekerjaan itu belum selesai di penghujung kontrak 2018 lalu, karena kondisi medan yang dikerjakan cukup sulit. Banyak galian batu dengan posisi tanah kemiringan atau jurang, sehingga untuk menempatkan exavator saja agak sulit.
Kendala lainnya, cuaca seperti hujan angin yang menghambat percepatan pekerjaan tersebut. Ia berharap, kalau tidak ada hujan, pembangunan jembatan sepanjang 72 meter dengan lebar 2 meter itu bisa tuntas pekan depan.
Jembatan yang dibangun dengan anggaran sebesar Rp 3,4 miliar dari APBN 2018 lalu itu hanya bisa digunakan bagi para pejalan kaki yang menghubungkan dua kelurahan, yakni Kelurahan Manutapen dengan Kelurahan Penkase Oeleta bukan untuk kendaraan.
Dengan terbangunnya jembatan itu, maka masyarakat, terutama anak-anak sekolah yang datang dari Manutapen ke SMPN 14 Kota Kupang dan SMAN 8 Kota Kupang yang terletak di Kelurahan Penkase Oeleta tidak lagi susah-susah naik turun jurang ke Kali Nyonya lagi seperti yang terjadi selama ini.
Pembangunan jembatan ini juga memperpendek jarak dan mempersingkat waktu bagi masyarakat, terutama anak –anak sekolah yang datang dari Kelurahan Manutapen ke SMPN 14 Kota Kupang dan SMAN 8 Kota Kupang yang terletak di Kelurahan Penkase Oeleta.
Belum Puas
Ani, Warga RT 09/RW 03, Kelurahan Penkase Oeleta, Kecamatan Alak, Kota Kupang kepada wartawan media ini di lokasi pembangunan Jembatan Gantung itu mengaku, belum puas dengan keberadaan jembatan tersebut.
Ia merasa belum puas, karena jembatan yang dibangun hanya dikhususkan bagi para pejalan kaki bukan untuk kendaraan roda dua dan roda empat.
Padahal, yang diinginkan masyarakat, menurut dia, jembatan permanen, seperti Jembatan Liliba yang bisa dilintasi, baik para pejalan kaki maupun kendaraan roda dua dan roda empat.
Selama ini, masyarakat kedua kelurahan itu harus menempuh jalan yang berjurang melewati Kali Nyonya yang berada di bawah jembatan gantung yang dibangun sekarang ini.
“Kami minta, kalau bisa setelah membangun jembatan gantung itu nanti dilanjutkan dengan pembangunan jembatan permanen disampingnya, sehingga bisa dilintasi kendaraan roda dua dan roda empat,” pinta Ani. (ade)