Jones, Siswa Penyandang Difabel Pembakar Semangat Komunitas Literasi Pong Meleng

YONESWANSIUS Meno, siswa kelas tujuh (VII) SMP Negeri Satu Atap Pong Meleng, pembakar semangat bagi siswa yang tergabung dalam komunitas literasi sekolah.

Setiap hari dirinya berangkat ke sekolah penuh semangat. Di tengah kekurangan kondisi fisiknya, beliau selalu hadir di sekolah tepat waktu.

Dibantu oleh teman-teman untuk mendorong kursi roda tuanya, setiap hari menempuh jarak kurang lebih 500 meter. Jones, biasa dipanggil oleh teman dan para guru, menyadari betapa pentingnya pendidikan.

Belajar dan terus berkreasi adalah bagian yang tidak dapat dipisahkan dari keseharian beliau.

Di rumah Jones pandai membuat rosario untuk umat Katolik dan tasbih untuk umat Islam.

Tidak hanya aktif di dalam kelas, Jones juga selalu hadir dalam kegiatan ekstrakurikuler ataupun kerja bakti.

Keterbatasan fisik tidak menjadi alasan bagi dirinya untuk tidak hadir saat kerja bakti di lingkungan sekolah.

Di sela kesibukan dengan rutinitas sebagai Kepala SMPN Satap Pong Meleng, Kornelis Sehadun, menyampaikan keaktivan Jones dalam berbagai kegiatan di sekolah.

“Jones, anak yang rajin dan aktif. Saat kegiatan belajar mengajar di kelas, dia selalu aktif dan memiliki rasa ingin tahu yang tinggi. Bahkan di luar kelas, saat ada kegiatan ekstrakurikuler ataupun kerja bakti, si Jones selalu hadir”, tutur Nelis.

Kepala sekolah yang visioner dan murah senyum itu, juga mengatakan Jones tidak pernah menjadikan keterbatasan fisik untuk tidak mengambil bagian dalam kegiatan apapun di sekolah.

“Dia (Jones) selalu hadir saat kami kerja bakti, walau berulang kali saya sampaikan ke dia, Jones, kamu tidak perlu hadir kalua kerja bakti; tapi dia mengiyakan saja dan tetap mengikuti kegiatan bakti sampai kami selesai kerja”, terangnya.

Jones, putra dari pasangan Feliks Ngai (ayah) dan Maria Goreti Jehona (ibu) selalu ceria dan tidak pernah minder dengan kondisinya.

Di atas kursi rodanya yang semakin menua, Jones selalu menebarkan senyum dan raut wajah penuh semangat.

Kepiwiawaiannya dalam membangun komunikasi membuat dirinya nyaris tak merasakan hambatan dalam mengikuti kegiatan belajar pun kegiatan lain di sekolah.

Kondisi lingkungan sekolah yang cukup menantang, dimana kemiringan halaman mencapai 50 hingga 80 derajad tak membuat dirinya kesulitan mengayuh roda kursi takdir.

Jones dan anggota komunitas literasi sekolah didampingi guru motivator literasi Indonesia 2021, Ryan Mawar dan Kepsek SMPN Satap Pong Meleng, Kornelis Sehadun.

Kisah tentang dia, mengetuk hati media ini mendatangi Jones.

Saat penulis, memasuki areal sekolah, sambutan hangat dari pimpinan sekolah, guru Jones dan teman-teman Jones makin terasa.

Di pojok ruangan terjauh dari gerbang dan halaman sekolah. Jones yang setia di atas kursi takdir mengumbar senyum dan asa berbagi tentang aktivitas dan kesehariannya.

Pak Ryan, guru muda inspirasi Jones, mengajak penulis menemui Jones sang ketua Literasi Sekolah Satap Pong Meleng.

Senyum sumringah, dan penuh semangat menjadi sapaan awal perkenalan dengan Jones.

52 siswa-siswi yang menjadi anggota Literasi Sekolah telah dia koordinir dengan baik di dalam rungan berhias pohon literasi.

Sang ketua, dengan semangat berapi-api menceritakan kegiatan berliterasi yang selama ini mereka lakukan.

Dia berbicara penuh keyakinan tinggi. Teman-teman mendengar denga seksama sesekali mengangguk tanda setuju denga napa yang dia sampaikan.

Pak Ryan guru inspirasinya yang baru saja menyabet Guru Motivator Literasi Indonesia, sesekali mengumbar senyum tanda bangga terhadap Jones.

Suasana Lembah Pong Meleng yang saat itu sedang mendung dan dingin, terasa hangat dengan dialog bernas bersama Jones dan kawan-kawan.

Jones mengisahkan kegiatan literasi dalam komunitasnya adalah menuliskan pusi dan pantun. Pantun dan puisi Jones dan kawan-kawan terpampang di pohon literasi.

Kini, dirinya dan ke -52 temannya giat menulis pusi dan pantun dalam rangka persiapan ajang lomba menulis puisi dan pantun nasional yang diselenggarakan oleh Forum Indonesia Menulis.

Keoptimisan Jones dijawab dengan pembacaan pantun dan puisi oleh teman-temannya.

Mereka berlomba-lomba meminta kesempatan untuk membacakan coretan di atas kertas dalam genggaman tangan mereka.

Susunan kata nampak rapi dan sistematis. Mereka menuangkan isi hati dengan penuh penghayatan. Penulis terkesima, turut berbangga dengan hasil coretan puisi dan pantun wajah-wajah polos.

Tepuk tangan meriah, menguatkan dan memotivasi mereka memekik di sela penghabisan pembacaan puisi dan pantun karya laskar-laskar pelangi lembah Pong Meleng. Jarum jam di dinding kelas tak terasa telah melewati waktu bersua.

Apresiasi setinggi-tingginya menjadi motivasi dan kata-kata yang bisa menjadi penguatan di akhir temu berbagi hari itu. Jones dan kawan-kawan mengakhiri dengan mohon doa dan dukungan menuju ajang lomba menulis nasional agar sekiranya sukses.

Jones sang penyandang difabel, siswa kelas VII SMPN Satap Pong Meleng kini menjadi icon lembah penuh asa, lembah Pong Meleng. Keceriaan dan semangatnya telah membakar asa teman-teman Jones. (fon)

Bagikan