Gubernur NTT Lakukan Penanaman Benih Jagung di Desa Nao Manggarai

RUTENG, NTT PEMBARUAN.id — Dari Desa Persiapan Bangka Wela, Desa Golo Worok, Kecamatan Ruteng, Gubernur NTT Viktor Bungtilu Laiskodat (VBL) bersama rombongan melakukan perjalanan ke Desa Nao, Kecamatan Satar Mese Utara di tengah guyuran hujan deras yang membasahi bumi Nuca Lale, tetap menunjukan semangat kepemimpinannya.

Gubernur NTT, Viktor Bungtilu Laiskodat (VBL) bersama Bupati dan Wakil Bupati Manggarai berjalan di tengah deras hujan menuju lokasi penanaman benih jagung secara simbolis.

“Saya dengan Bupati Manggarai jalan di tengah derasnya hujan, kami tidak pakai payung. Kenapa, karena kami mau katakan kepada Tuhan, juga kepada kita semua kalau hujan saja pemimpinnya takut bagaimana yang lain dengan basah ini kita tidak mati,” kata Gubernur Laiskodat.

Bagi VBL, seorang pemimpin tidak boleh takut. Pemimpin tidak boleh pakai payung, karena mereka dipilih untuk berjuang, bukan untuk jadi penakut.

“Karena pemimpin tidak pernah ragu bersama kalian, bersamamu dan kami besertamu, karena kami ingin bersamamu,” tandas Laiskodat.

Gubernur NTT, Viktor Bungtilu Laiskodat menjelaskan, jagung yang ditanam tersebut bukan untuk dimakan, tapi untuk pakan ternak. Selama ini, Nusa Tenggara Timur dalam satu tahun membeli pakan ternak di Pulau Jawa dan mengeluarkan uang sebesar Rp 1 Triliun lebih.

“Kita kasih ke Pulau Jawa. Sudah miskin, beli di tempat orang. Kita mulai berusaha untuk menanam jagung karena dunia lagi kekurangan pakan, apalagi Indonesia saat ini masih impor jagung. Jadi Bapak Presiden perintahkan semua Gubernur untuk menanam jagung agar memenuhi pakan untuk kepentingan nasional,” jelasnya.

Mimpi seluruh masyarakat Nusa Tenggara Timur yang sedang dikerjakan ke depan adalah Tanam Jagung Panen Sapi.

Kata Laiskodat, sapi yang dimaksudkan bukan sapi biasa, tetapi sapi yang sangat besar, karena bisa dijual dengan harga Rp 400 juta sampai Rp 500 juta.

“Jadi tidak ada lagi sapi kecil, tetapi sapi besar dengan daging yang baik.

Ke depan kalau kita tidak tanam jagung, Sapi-sapi itu pakannya terbatas,” ujarnya.

Ia menjelaskan, mimpi besar ini harus dikerjakan secara kolaboratif, dengan cara berpikir yang terintegrasi atau dengan kata lain, tidak boleh dikerjakan sendiri-sendiri.

Sementara Kepala Dinas Pertanian Provinsi NTT, Lecky Koli menjelaskan, program TJPS diharapakan mampu menjawab persoalan para petani di Nusa Tenggara Timur, khususnya di Kabupaten Manggarai.

“Hari ini ini tentu sudah mulai langkah kecil untuk satu desain yang besar 6 hektar untuk Manggarai dan menanam kurang lebih 4 ratusan hektar di musim tanam dua 2 ini untuk TJPS, sedangkan TJPS reguler sudah ditanam 100 hektar dan sudah dipanen juga sudah dikirim ke luar,” paparnya.

Tidak hanya itu, Lecky Koli juga menjelaskan bahwa pihaknya sudah menerapkan yang dinamakan TJPS pola kemitraan.

“Untuk diketahui bahwa TJPS pola kemitraan merupakan satu instrumen yang sifatnya ekosistem yang dibangun untuk menyelesaikan dua hal, persoalan pembiayaan pembangunan pertanian untuk para wirausaha mandiri, dan yang kedua persoalan pemasaran hasil produksi yang dihasilkan oleh wirausaha mandiri sekian lama kita tidak pernah selesaikan,” urainya.

Koli menyampaikan program tersebut memang sengaja dirancang atas arahan Gubernur dan sudah dilakukan di beberapa kabupaten yang nampaknya ini akan memberikan satu prospek bagi satu pendekatan pembangunan yang sifatnya kolektif, komprehensif, dan integrasi.

“Ini bertujuan untuk mampu menyelesaikan persoalan sosial ekonomi yang sekian lama dialami oleh sebuah kabupaten karena kita tidak pernah menemukan satu ekosistem yang pelaksanaannya dilakukan cara kolaboratif, hari ini tentunya kita bisa mulai,”cetusnya. (Biro Apim NTT/red)

Bagikan