LABUAN BAJO, NTT PEMBARUAN.com- Pemaparan testing pembangunan Terminal Multipurpose Wae Kelambu Labuan Bajo pada saat kunjungan media dari Biro Komunikasi dan Information Publik (BKIP) Kementrian Perhubungan membahas tentang sejumlah fasilitas yang telah dibangun dan yang belum dibangun untuk mendukung logistik dan kegiatan bongkar muat komoditas di terminal peti kemas tersebut, Selasa (23/11/2021) siang.
Diketahui Rencana Induk Pelabuhan Multipurpose Labuan Bajo tertuang dalam Keputusan Menteri Perhubungan Nomor KM 117 Tahun 2021, pengembangan pelabuhan tersebut dilakasanakan sesuai rencana induk pembangunannya 20 tahun ke depan.
“Sesuai petumbuhan pelabuhan, seperti dermaga yang sekarang berukuran 120 meter akan dikembangkan sampai 200 meter. Bagaimana Pelindo bisa mengakselerasi petumbuhannya. Nantinya bisa direvisi sesuai perkembangannya,” ujar Aries Wibowo, Kasubdit Tatanan dan Perencanaan Pengembangan Pelabuhan Direktorat Kepelabuhanan Ditjen Perhubungan Laut Kementerian Perhubungan di Labuan Bajo pada saat pemaparan pengembangan pelabuhan di hadapan sejumlah media yang hadir pada saat itu.
Kepala Kesyahbandaran dan Otoritas Pelabuhan (KSOP) Labuan Bajo, Hasan Sadili mengatakan, kajian pembangunannya dilakukan sejak Oktober 2019 dan pada Juli-Agustus 2020 mulai dibangun.
“Ada beberapa yang masih belum dibangun, seperti jaringan pipa curah cair, yang sebelumnya ada dalam rencana pembangunannya. Terminal bahan bakar minyak itu dibutuhkan karena untuk pengadaan BBM saat ini cukup jauh tempatnya. Namun, apakah nantinya ada progres pembangunannya dari Pertamina atau anggaran pemerintah,” ungkap Hasan.
Sampai saat ini, fasilitas utama dari infrastruktur sisi laut yang telah dibangun, antara lain, dermaga 120 × 20 meter persegi, trestle 60 × 12 meter persegi, causeway 690 × 20 meter persegi dengan lebar jalan 10,5 meter.
Sudah dibangun pula container yard seluas 3 hektare, gedung KSOP Kelas III Labuan Bajo 378 meter persegi, dan kolam pelabuhan yang dapat disandari kapal hingga berukuran 25.000 DWT.
Fasilitas pelabuhan pada sisi darat dilengkapi dengan power house, workshop, gate utama dan gate in/out, kantor operasional, signage, Base Transceiver Station (BTS), Sea Water Reverse Osmosis (SWRO), gudang, masjid, serta fasilitas pendukung lainnya.
Kemudian usulan dari Kantor Distrik Navigasi Kelas II Kupang, yang disampaikan Kepala Kantor, Wiji Santoso, agar wilayah Labuan Bajo memiliki Stasiun Radio Pantai (SROP) atau Vessel Tracking System (VTS) untuk telekomunikasi pelayaran.
“Untuk menunjang keselamatan pelayaran, kami mengusulkan ada tempat untuk membangun SROP atau VTS itu,” katanya.
Terminal Multipurpose Wae Kelambu, yang dioperasikan Pelindo, fokus melayani lalu lintas logistik dan kegiatan bongkar muat komoditas, seperti peti kemas, general cargo, dan curah cair.
“Untuk kegiatan peti kemas per bulan rata-rata tujuh kapal. Paling tinggi, kita bisa sampai 10 kapal terjadi bulan Agustus,” ungkap Dimas Juliono, GM Pelindo Pelabuhan Multipurpose Wae Kelambu Labuan Bajo.
Dimas menambahkan, untuk arus peti kemas di Labuan Bajo ini terbagi karena ada beberapa pelabuhan di sekitarnya. Namun ada kegiatan selain peti kemas, yaitu kegiatan curah dan general cargo.
“Di sini ada komoditas semen dan beras. Total kegiatan curah kering itu sampai dengan Oktober mencapai 13.500 ton,” paparnya.
Sementara itu, Dimas menjelaskan untuk meningkatkan intensitas dengan memasarkan layanan pelabuhan bisa menambah pergerakan kargo yang bisa menjadikan Terminal Multipurpose Wae Kelambu Labuan Bajo sebagai gerbang logistik bagi Kabupaten Manggarai Barat.(fon)