Temui Masyarakat, Bupati Nagekeo Harus Berjalan Kaki 3 KM

MBAY, NTT PEMBARUAN. com –Untuk bertemu dengan masyarakat Desa Rega, Kecamatan Boawae,  Bupati Nagekeo, Johanes Don Bosco Do bersama Ketua DPRD Nagekeo, Marselinus F. Ajo Bupu harus berjalan kaki naik turun gunung sepanjang kurang lebih 3 kilo meter.

Itulah jiwa seorang pemimpin yang mau melayani  masyarakat dengan hati bukan menunggu dilayani. Perjalanan kaki dengan jarak tempuh kurang lebih 3 kilo meter itu dengan tujuan memenuhi undangan masyarakat Kelompok Tani (Poktan) Boa Oga, Desa Rega, Kecamatan Boawae, Kabupaten Nagekeo, Provinsi Nusa Tenggara Timur (NTT), Kamis (13/2/2020).

Bupati Don Bosco dan Ketua DPRD Nagekeo, Ajo Bupu bersama rombongannya turun ke Desa Rega hanya untuk melihat dari dekat pembukaan lahan persawahan baru  tadah hujan yang dikelola Poktan Boa Oga di Kampung Nio Oda, Desa Rega, Kecamatan Boawae.

Ikut dalam kunjungan itu, Wakil Ketua DPRD Nagekeo, Kris Dua, Ketua Tim Penggerak PKK Kabupaten Nagekeo, dr. Yayuk Pratiwi, Pelaksana Tugas (Plt) Kadis Pertanian Kabupaten Nagekeo, Ny. Klementina Dawo, Camat Boawae, Sales Ujang Dekresano, Kepala Desa Rega, Hironimus Lao Meze, Ketua Kelompok Tani (Poktan) Boa Oga, Kamelus Meo dan masyarakat setempat.

Untuk  sampai ke lokasi  tujuan, Bupati Don Bosco bersama rombongannya harus berjalan kaki melingkari lereng bukit Desa Rega. Jalan berlumpur  dan berlicin dengan melewati sejumlah kali kecil itu, tidak melunturkan semangat Bupati Don Bosco untuk bertemu dengan masyarakatnya.

Dalam perjalanan kaki itu dengan kondisi medan jalan berlumpur itu, Bupati Don Bosco bersama rombongannya nampak semangat sambil melompat-lompat menyembrangi kali-kali kecil yang dilintasi sepanjang jalan.

Memang ada  akses jalan masuk menuju lokasi tempat berlangsungnya acara pembukaan lahan persawahan baru tadah hujan di Nio Oda, tetapi saat itu kondisi medan jalannya masih berlumpur, sehingga terpaksa rombongan Bupati Nagekeo harus mengambil jalan alternatif dengan mengikuti lereng bukti di sekitar itu.

Sementara ratusan masyarakat Desa Rega, sedang menanti kedatangan Bupati Don Bosco bersama rombongannya  di lokasi pencetakan sawah baru di Nio Oda,  yang sumber airnya dari kolam retensi penampung air hujan hasil karya Poktan setempat.

Inilah kolam tadah hujan milik Poktan Boa Oga di Kampung Nio Oda, Desa Rega, Kecamatan Boawae, Kabupaten Nagekeo, Provinsi Nusa Tenggara Timur (NTT). (Foto : Muhamad Dedi Ingga/NTT PEMBARUAN.id)

Ketika tiba di lokasi, Anggota Poktan bersama warga sekitarnya tengah membajak dan mencetak lahan persawahan baru.  Di lokasi lahan pencetakan sawah baru itu sudah memiliki kolam penampung air, dan mesin pompa.

Di lokasi itu juga, ada sekitar 5-6 handtraktor yang sedang dioperasikan oleh para petani Poktan Boa Oga. Sementara, ibu-ibu tani tengah sibuk mencabut bibit padi untuk siap ditanam di beberapa petak yang sudah dibangun.

Selanjutnya, Bupati Don Bosco bersama rombongannya dipandu oleh Urbanus Laki dan Ketua Poktan Boa Oga, Kamelus Meo  berjalan kaki mendaki bukit untuk melihat tiga kolam penampung  air tadah hujan yang dibangun Poktan setempat, kemudian menuju ke para petani yang sedang membajak sawah  dengan menggunakan 5-6 traktor saat itu.

Masyarakat  begitu antusias menyambut kedatangan Bupati Nagekeo bersama rombongannya ke lokasi areal pencetakan sawah baru tersebut.  Perlu diketahui, Poktan Boa Oga dibentuk  sejak 2 Februari  2019 lalu, dan kini sudah memiliki 25 anggota masing—masing, laki-laki, 22 orang,dan  perempuan, 3 orang.

Dari  rencana, 14 hektar sawah yang akan dicetak, baru  4 hektar lahan persawahan yang sudah dicetak oleh masyarakat Poktan Boa Oga untuk 12 anggota. Masih ada 10 hektar  yang belum dicetak  untuk 13 anggota lainnya.

Di hadapan Bupati  Don Bosco, Ketua Poktan Boa Oga, Kamelus Meo meminta, kalau bisa akses jalan masuk ke lokasi persawahan harus dibuat baik, minimal dibuat rabat, sehingga ketika musim hujan seperti sekarang ini masih bisa dilewati kendaraan roda dua dan roda empat.

Ia juga menyebutkan, ada 5 kolam penampung air tadah hujan yang dibangun secara swadaya murni dari anggota Poktan. Ia sendiri belum berani menyebutkan, apakah kolam yang dibangun itu masuk dalam kategori embung atau bukan, karena itu urusan tehnis.

Inisiator pembentukan Poktan itu, berawal dari ide cemerlang dari Bapak Urbanus Laki, yang saat ini oleh anggota dipercayakannya sebagai penasehat Poktan Boa Oga.  Berawal dari pengalaman Bapak Urbanis yang sudah berhasil  mengolah lahan tandus menjadi  lahan produktif dengan cara membuat kolam penampung air, kemudian  dengan menggunakan mesin mengolah sawah, sehingga airnya tidak terbuang ke laut.

Pola kerja seperti itu, dipraktekkan oleh Urbanus ini  di Pisa sebelah timur, dimana hasilnya baik dan meningkat setiap tahun.  Sejak tahun lalu, Urbanus memindahkan Poktan Boa Oga ke lokasi Nio Oda.

“Dia (Urbanus,red) mengajak kami keluarga besar untuk bergabung.  Dari hasil pembicaraan, kami  bersepakat untuk membentuk kelompok dengan nama Boa Oga. Melalui pengalamannya, kami diajak untuk membangun kolam dan mencetak sawah di lahan miring. Kami membutuhkan bimbingan, penyuluhan, dan alat yang lebih bagus untuk  menghasilkan panen yang berkualitas ke depan. Kami mencoba dengan swadaya dulu. Kalau berkenan kami dapat dibantu dengan mesin pengisap dari Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Nagekeo,” pinta Ketua Poktan, Kamelus Meo di hadapan Bupati Don Bosco saat itu.

Sementara itu, Ketua DPRD Kabupaten Nagekeo, Marselinus F. Ajo Bupu di hadapan masyarakat mengaku, kedatangannya bersama Bupati Nagekeo ke lokasi itu untuk melihat dengan mata kepala sendiri soal hasil karya Poktan Boa Oga di Nio Oda.

Tidak hanya sekedar melihat, tapi ia juga mau melihat kondisi riil masyarakat, seperti infrastruktur jalan masuk ke lokasi, air bersih, penerangan listrik dan sebagainya untuk dijadikan bahan pertimbangan saat penetapan anggaran pembangunan nanti.

“Bersama Bupati, kami datang melihat sendiri apa yg menjadi kebutuhan masyarakat  Rega di sini. Bukan keinginan om Banus, tapi kebutuhan masyarakat Nio Oda, seperti  mesin pengisap air, jalan masuk, dan  pembangunan embung penahan air hujan,”tukasnya.

Ia juga berterima kasih kepada masyarakat, karena di zaman seperti  sekarang ini, masih ada masyarakatnya yang tetap mempertahankan budaya gotong royong yang diwariskan para  leluhur terdahulu.

“Kita kembali ke pola nenek moyang kita  zaman dahulu dengan mengedepankan sistem gotong royong. Kami di DPRD tentu mendukung sepenuhnya apa yang menjadi keputusan Bupati yang terbaik untuk masyarakat,”pungkasnya.

Puji Kerberhasilan Poktan
DIALOG- Bupati Nagekeo, Johanes Don Bosco Do saat berdialog dengan Poktan Boa Oga dan masyarakat Desa Rega, Kecamatan Boawae, Kamis (13/2/2020) (Foto :Muhamad Dedi Ingga/NTT PEMBARUAN. com)

Bupati Nagekeo, Johanes Don Bosco Do pada kunjungan itu memuji atas keberhasilan yang telah dilakukan Poktan Boa Oga di Desa Rega, Kecamatan Boawae. “Ini adalah praktek yang bagus sekali. Om Banus punya “CSR”, dan memiliki tanggung jawab sosial. Beliau mempunyai kelebihan tertentu, dan atas kelebihannya itu, dia membagikan kepada sesamanya,”kata Bupati Don Bosco dengan nada sprit.

Menurut dia, yang menarik dari Poktan ini adalah bekerja sambil belajar.  Kepada Lurah Rega, ia ingatkan, untuk memasukan usulan masyarakat  melalui pra musrenbangcam, sehingga bisa masuk dalam perencanaan Tahun 2021  mendatang.

Apa yang sudah dibuat oleh Poktan Boa Oga, baginya, akan dijadikan sebagai pilot project  atau lokasi percontohan bagi masyarakat tani lainnya, khususnya di Kabupaten Nagekeo, dan umumnya di NTT ke depan. (mad)

Berita lainnya