KUPANG, NTT PEMBARUAN.id – Fosil Gajah Flores yang digali dari Mata Menge So’a, Kabupaten Ngada, Flores yang saat ini masih tersimpan di Museum Geologi Bandung, Provinsi Jawa Barat (Jabar) akan dikembalikan ke Museum Nusa Tenggara Timur (NTT) pada tahun paling lambat Oktober 2019 mendatang.
“Kami targetkan 2019, fosil Gajah Flores yang tersimpan di Museum Geologi Bandung sudah dikembalikan ke Museum NTT,”kata Kepala Dinas Kebudayaan Provinsi Nusa Tenggara Timur (NTT), Drs. Sinun Pieter Manuk kepada media ini di Kupang, Selasa (14/8/2018).
“Saya sudah berkoordinasi dengan Museum Geologi Bandung dimana mulai awal tahun ini mulai dilakukan pembuatan replikanya. Replika yang dibuat itu sama bentuk dengan keasliannya di Museum Arkeologi Bandung. Aslinya tetap di sana, kita hanya mendapatkan replikanya saja,” kata Mantan Kadis Sosial NTT ini.
Proses pembuatan replikanya sendiri memakan waktu 4-5 bulan. Lalu mengapa harus lama, kata Manuk, karena tim pembuat replikanya harus teliti dan tidak boleh buru-buru.
“Kami sudah menyiapkan tempat untuk penyimpanannya di Museum NTT, tinggal menunggu penyelesaian pembuatan replikanya saja. Kalau sudah ada, nanti kita pamerkan di Museum NTT termasuk benda-benda koleksi budaya milik perorangan. Khusus untuk benda-benda bersejarah milik perorangan bisa dilakukan transaksi dan uangnya untuk mereka sendiri,” kata Manuk.
Menurut Manuk, gajah di NTT tidak hanya terdapat di Flores, tetapi di Atambua dan Sumba juga ada. “Postur tubuh gajah kita di NTT lebih kecil dibanding dengan Gajah Jawa dan Sumatra. Gajah mereka semuanya besar –besar dan tinggi,” aku Manuk.
Kata Manuk, orang Ngada sendiri tidak tahu kalau kerangka gajahnya disimpan di Museum Geologi Bandung. “Karena itu, daripada orang NTT pergi ke Museum Geologi Bandung, lebih baik kita bawa saja ke Museum NTT, baik untuk kepentingan ilmu pengetahuan maupun penelitian,” tukasnya.
Menurut rencana, kedatangan kerangka Gajah Flores itu nanti disambut dengan acara ritual adat oleh masyarakat adat setempat. Fosil Mata Menge merupakan salah satu peninggalan sejarah provinsi berbasis kepulauan ini. Fosil gajah Flores itu ditemukan melalui proses penggalian di Mata Menge, Soa, Kabupaten Ngada dengan ukuran lebih kecil dari Gajah Jawa di Ujung Kulon.
“Sudah dibuat rekonstruksi dan replikanya. Kerangka yang berhasil digali di Kabupaten Ngada itu berada di Geologi Bandung. Kerangka itu dibawa ke Bandung untuk kepentingan penelitian, namun sampai sekarang belum juga dikembalikan ke NTT,” kata Manuk.
Ia menambahkan, apabila ada yang ingin melakukan penelitian tentang perjalanan sejarah Gajah Flores, sebaiknya dilakukan di NTT saja dan tidak perlu lagi ke Bandung. “Fosil Gajah Flores itu harus menghuni rumah Museum NTT, sehingga masyarakat daerah ini mengetahui secara jelas tentang perjalanan sejarah gajah yang berada di Pulau Flores itu,” kata Manuk.
“Mau meneliti Gajah Flores, silahkan datang ke NTT. Jangan datang ke Bandung. Rakyat NTT memiliki kebanggaan terhadap perjalanan sejarah Gajah Flores itu,”tutupnya. (ade)