KUPANG, NTT PEMBARUAN.id- Realisasi pembagian bantuan sosial (Bansos) beras sejahtera (Rastra) bagi masyarakat berpenghasilan rendah (MBR) di Provinsi Nusa Tenggara Timur (NTT) terhitung sejak Januari – Agustus 2019 sudah mencapai 80 persen.
Hal itu dikemukakan Kepala Bidang Operasional dan Pelayanan Publik Kantor Perum Bulog Divisi Regional Nusa Tenggara Timur (Divre NTT), Supriyono,S.Pt kepada NTT PEMBARUAN.id di Kupang, Jumat (19/7/2019).
Pagu Rastra yang disiapkan dari Januari – Agustus 2019 sebanyak 34.249.570 kg, dengan realisasi pembagiannya hingga saat ini sudah mencapai 23.810.999 kg, atau sudah mencapai 80 persen.
Sisanya, akan diselesaikan hingga akhir Agustus 2019 yang didistribusikan melalui desa/kelurahan di 22 kabupaten/kota di NTT. Kata Supryono,Rastra ini diberikan secara gratis kepada masyarakat penerima dengan jumlah 10 kg per KK tiap bulan.
Berbeda dengan pembagian beras miskin (Raskin) tahun sebelumnya, dimana para penerima harus membelinya dengan harga sebesar Rp 1.600 per kg untuk jatah Raskin, 15 kg. Tetapi, untuk Rastra diberikan secara gratis tanpa bayar, tandasnya.
Ia mengakui, kendala utama dalam melakukan pendistribusian Rastra di NTT adalah daerah kepulauan. Hampir sebagian besar kabupaten/kota di NTT memiliki daerah kepulauan, seperti Alor, Lembata, Adonara, Kabupaten Flores Timur (Flotim), Rote Ndao, dan Sabu Raijua.
Untuk daratan Timor, yang paling sulit akses jalan masuknya, menurut dia, Wilayah Amfoang karena harus melewati puluhan kali, bukit, dan jalan yang masih dalam kondisi rusak. Apa lagi, kalau cuacanya kurang mendukung, seperti hujan akan menghambat proses penyaluran Rastra ke daerah itu.
“Yang kita buru pengiriman Rastra sekarang ke Amfoang, sebelum memasuki musim hujan tahun ini,” tukasnya. Rastra ini, menurut dia, hanya berlaku sejak Januari – Agustus 2019. Sedangkan, September – Desember 2019 nanti dalam bentuk bantuan pangan non tunai kerjasama dengan Kementerian Sosial Republik Indonesia.
Aman Empat Bulan ke Depan
Menyinggung stok beras di Gudang Bulog NTT saat ini, kata Supriyono, cukup untuk empat bulan ke depan. Puluhan ton beras lagi dalam perjalanan dari Jawa Timur (Jatim), Sulawesi Selatan (Sulsel), dan Nusa Tenggara Barat (NTB) menuju NTT saat ini, kata dia.
Ketika ditanya soal suplai beras dari persawahan Lembor, Kabupaten Manggarai Barat sebagai gudang beras NTT selama ini apakah belum bisa menjawab kebutuhan beras di NTT, jawab Supriyono, belum cukup, kecuali hanya memenuhi kebutuhan beras di tiga kabupaten di sana, yakni Manggarai Barat, Manggarai, dan Manggarai Timur.
Untuk menjaga kestabilan harga beras di tingkat masyarakat, pihaknya terus melakukan operasi pasar dengan harga jual di Kantor Perum Bulog sebesar Rp 8.600/kg, kemudian dijual dengan harga eceran tertinggi (HET) sebesar Rp 9.000/kg. (ade)