LABUAN BAJO, NTT PEMBARUAN.id– Peresmian Sanggar Kope Oles Todo Kongkol, di Rumah Gendang (Rumah Adat) Kampumg Kaper, Labuan Bajo, Desa Golo Bilas, Kecamatan Komodo, Kabupaten Manggarai Barat, Flores, Provinsi Nusa Tenggara Timur dimeriahkan dengan tujuh tarian tradisional Manggarai.
Peresmian Sanggar Kope Oles Todo Kongkol tersebut ditandai dengan pemukulan Gong oleh Wakil Bupati Manggarai Barat, dr. Yulianus Weng, yang dibaluti dengan sajian berbagai kesenian tari dari sanggar Kope Oles Todo Kongkol, Sabtu (25/6/2022).
Suara musik tradisional Manggarai yakni Gong dan Gendang yang dimainkan kaum ibu-ibu memberi warna tersendiri pada acara itu.
Dalam sambutannya, Wakil Bupati Manggarai Barat, dr. Yulianus Weng mengatakan, bahwa pemerintah daerah selalu mendukung penuh terhadap apa yang dilakukan masyarakat untuk menyambut daerah pariwisata yang nanti akan meningkatkan perekonomian masyarakat setempat.
Dalam rangka menyambut Labuan Bajo sebagia daerah pariwisata super premium salah satu tugas pemerintah membina seluru UMKM yang ada di Kabupaten Manggarai Barat. Pemerintah punya prinsip harus memberi dampak meningkatkan ekonomi masyarakat.
Karena itu, kata Weng, kelompok seni yang ada wajib untuk dipertahankan serta dikembangkan.
Kata dia, daerah pariwisata boleh maju akan tetapi harus seiring dengan meningkatkan ekonomi masyakat itu sendiri.
Sebagai tuan rumah di daerah pariwisata, kata Weng, harus menjadi tuan rumah yang baik kepada setiap tamu yang datang ke Labuan Bajo maupun Manggarai Barat pada umumnya.
“Kelompok seni itu harus tetap berkembang, seiring dengan kemajuan pariwisata. Tetapi budaya yang sudah berakar di masyarakat itu juga harus dipertahankan,” tuturnya.
“Kita jadi tuan rumah yang baik kepada setiap tamu yang datang. Supaya memberi kesan yang baik kepada wisatawan,” pesan Weng.
Sementara itu Ketua DPRD Kabupaten Manggarai Barat, Martinus Mitar mendukung penuh kehadiran Sanggar Kope Oles Todo Kongkol di Rumah Adat Kaper, Desa Golo Bilas tersebut. Menurutnya, peresmian Sanggar Kope Oles Todo Kongkol Tersebut sudah menjemput kehadiran Kota Pariwisata Super Premium Labuan Bajo oleh masyarakat Kaper.
“Alasan Labuan Bajo ditetapkan sebagai Kota Pariwisata Super Premium ternyata orang Kaper menjemput itu. “Kenapa saya mengatakan demikian bahwa ada begitu banyak orang buat apa super premium, ternyata hari ini memberi arti, Sanggar Kope Oles Todo Kongkol yang diresmikan hari ini telah menjemput kehadiran manca negara yang luar biasa,” ujar Martinus.
Menurut Marten, masyarakat Kampung Kaper, Desa Golo Bilas kedepanya akan bangkit. “Itu artinya bahwa sebentar lagi Kaper ini akan bangkit,” katanya.
Berikut penjelasan yang dihimpun NTT Pembaruan dari berbagai sumber terkait arti secara singkat beberapa tarian yang tampil pada peresmian tersebut.
1. Tarian Tiba Meka
Tarian ini merupakan tradisi penyambutan tamu sebagai wujud kebiasaan masyarakat desa untuk menyapa tamu melalui ritus adat yang dibawakan oleh putri desa.
Tradisi ini menjadi warisan dari para leluhur Manggarai sebagai bentuk rasa hormat kepada tamu-tamu penting.
2. Tari Caci
Caci atau tari caci adalah tari perang sekaligus permainan rakyat antara sepasang penari laki-laki yang bertarung dengan cambuk dan perisai di Flores, Nusa Tenggara Timur, Indonesia.
Penari yang bersenjatakan cambuk (pecut) bertindak sebagai penyerang dan seorang lainnya bertahan dengan menggunakan perisai (tameng).
Tari ini dimainkan saat syukuran musim panen (hang woja) dan ritual tahun baru (penti), upacara pembukaan lahan atau upacara adat besar lainnya, serta dipentaskan untuk menyambut tamu penting.
3. Tarian Rangkuk Alu
Tari Rangkuk Alu ini awalnya merupakan sebuah permainan tradisional masyarakat Manggarai Folres.
Dalam permainan ini, bambu akan disusun dan dimainkan dengan cara diayunkan seperti menjepit oleh beberapa orang pemain.
Salah satu atau dua dari pemain akan melompat-lompat menghindari jepitan dari bambu ini. Pada saat melompat-lompat menghindari jepitan, para pemain seakan melakukan gerakan tari.
Dari situlah awal terbentuknya gerakan dasar Tari Rangkuk Alu ini.
Gerakan para penari dan pemain bambu ini kemudian dipadukan dengan irama musik serta lagu daerah sehingga akan menghasilkan seni yang khas, yakni Tari Rangkuk Alu.
Dahulunya, tarian ini sering ditampilkan pada saat setelah panen raya dan pada saat bulan purnama.
Di saat itulah para remaja berkumpul dan juga meramaikan acara ini.
4 Tarian Danding
Tari danding berasal dari daerah Manggarai.Tarian ini adalah tarian dan juga nyanyian dalam bentuk pantun dari sekelompok pria dan wanita yang saling bertanya jawab.
Tari danding adalah tarian pergaulan yang sangat digemari oleh masyarakat Manggarai. Tarian Danding juga dinyanyikan secara berkelompok sambil berdiri dan bergerak mengitari lingkaran. Perempuan dan laki laki bisa bergabung dalam satu lingkaran asalkan tetap menjaga sopan santun.
Danding dipimpin oleh seorang yang disebut Nggejang, yang berdiri di tengah lingkaran untuk mengatur irama gerakan, hentakan kaki dan memulai sebuah syair dengan menggunakan gemerincing.
5. Tarian Ndundu Ndake
Tari Ndudu Ndake ini merupakan tarian asal Manggarai yang dilakukan oleh perempuan.
Biasanya tarian ini dilakukan dengan berkelompok pada saat upacara perkawinan dan upacara adat Congko Lakap.
Adapun Ndu merupakan sapaan lembut untuk wanita dan Ndake adalah menari lepas.
6. Tarian Kontemporer
Iringan yang dipakai pada tari kontemporer bisa berupa campuran alat musik tradisional dengan penambahan alat musik modern.
Tari kontemporer menyesuaikan trend masa kini, bersifat bebas, dan tidak memiliki aturan baku dalam setiap gerakan tariannya.
7. Tarian Tepi Woja
Tarian Tepi Woja terdiri dari kata “Tepi” yang berarti memisahkan dan “Woja” berarti padi.
Jadi tarian Tepi Woja dapat diterjemahkan tarian memisahkan gabah padi.
Tarian ini mengingatkan kembali bagi generasi muda di era milenial bahwa leluhur orang Manggarai pernah memakai doku atau nyiru sebagai bahan tepi woja.(fon)