Pasca Gempa 7,4 SR, Masyarakat Dua Desa di Flotim Masih Mengungsi

KUPANG, NTT PEMBARUAN.id–
Hingga Jumat, 17 Desember 2021 masih ada masyarakat di dua desa di Kabupaten Flores Timur (Flotim) mengungsi secara mandiri karena masih trauma dengan gempa bumi dengan kekuatan 7,4 skala richter (SR) yang terjadi pada Selasa, 14 Desember 2021 jam 11.20 Wita lalu itu.

“Mereka mengungsi secara mandiri ke tempat yang lebih tinggi di kebun mereka pada malam hari, dan paginya mereka kembali ke rumah,” kata Kepala Pelaksana Badan Penanggulangan Bencana Daerah Provinsi Nusa Tenggara Timur, Ambrosius Kodo, S.Sos kepada media ini, Jumat (17/12/2021) petang.

Masyarakat dua desa yang mengungsi secara mandiri itu, yakni Desa Ile Padung 97 orang dan Desa Lewobele 390 orang yang semuanya berada di Wilayah Kecamatan Lewolema, Kabupaten Flores Timur.

Masyarakat yang melakukan pengungsian mandiri itu telah mendapat bantuan dari BPBD Kabupaten Flores Timur berupa beras, air minum dan terpal.

Gempa bumi yang terjadi di Laut Flores dengan kedalaman 112 kilo meter arah Barat Laut Kota Larantuka, Provinsi NTT itu, kata Ambros, tidak ada korban jiwa dan bangunan yang rusak berat.

Guncangannya terasa di 8 kabupaten di NTT, yakni Manggarai, Nagekeo, Ngada, Ende, Sikka, Flotim, Lembata dan Alor.
Akibat gempa tersebut, satu orang di Kabupaten Manggarai mengalami luka-luka saat menggali pasir di Weol, Kelurahan Wae Belang, Kecamatan Ruteng, Kabupaten Manggarai.

Sementara di Kabupaten Sikka, lanjut dia, sebanyak 226 jiwa sempat mengungsi di Aula Rumah Jabatan Bupati Sikka, Halaman Kantor DPRD Kabupaten Sikka dan Gedung COSIC yang semuanya sudah kembali ke rumahnya masing-masing.

Sedangkan kerugian materil di Kabupaten Ende, satu unit rumah camat dan Kantor Camat Ndori mengalami keretakan pada dinding tembok.

Selanjutnya, di Kabupaten Lembata mengalami kerusakan infrastruktur berupa tanah longsor di ruas jalan provinsi yang saat ini sedang dalam pengerjaan antar Desa Idalolo dan Desa Warawatung, Kecamatan Nagawutung.

Upaya penanganan yang sudah dilakukan di Flotim, melakukan evakuasi masyarakat Desa Tiwatobi, Kecamatan Ilemandiri ke SMK Negeri 1 Larantuka.

BPBD Flotim mendirikan 2 unit tenda pengungsi di Rumah Sakit dr. Hendrikus Fernandes Larantuka guna mengevakuasi pasien apabila terjadi gempa susulan.

Di Kabupaten Ende, BPBD setempat telah mengimbau masyarakat yang berada di pesisir pantai utara untuk segera melakukan evakuasi mandiri.

BPBD Kabupaten Ende juga menyiapkan tempat pelayanan publik yaitu kantor camat dan rumah dinas Camat Ndori.
Di Kabupaten Manggarai, kata Ambros, upaya yang dilakukan BPBD setempat melakukan koordinasi dengan Camat Reok, yang wilayahnya berada di pesisir utara Manggarai yaitu Kampung Tempode, Desa Salama, Kecamatan Reok terpantau aman, dan satu orang yang mengalami luka-luka saat penggalian pasir di Weol telah dilarikan ke rumah sakit.

Himbauan yang sama juga dilakukan BPBD Lembata, terutama masyarakat yang berada di daerah pesisir pantai untuk segera melakukan evakuasi mandiri ke daerah yang lebih tinggi saat itu.

Di Kabupaten Sikka, BPBD setempat mengerahkan Tim TRC dibantu TNI mengidentifikasi serta mengarahkan warga pesisir untuk menempati posko-posko yang sudah disiapkan oleh Pemkab Sikka guna mengantisipasi terjadinya gempa susulan yang mengancam nyawa manusia kala itu.

Kata Ambros, setelah peringatan dini tsunami dari BMKG dinyatakan telah berakhir, Pemkab Sikka melalui edarannya menghimbau masyarakat untuk kembali ke rumah masing-masing dan tetap waspada terhadap adanya gempa susulan.

Khusus di Kabupaten Alor, pada saat terjadi gempa bumi, BPBD setempat telah mengimbau masyarakatnya untuk melakukan evakuasi mandiri ke tempat yang lebih tinggi.

Ambros mengatakan, dengan telah berakhirnya peringatan dini tsunami oleh BMKG, maka saat ini masyarakat sudah kembali ke rumahnya masing–masing. (red)

Berita lainnya