KUPANG, NTT PEMBARUAN.id- Hingga Oktober 2018, Nusa Tenggara Timur (NTT) memiliki 5.995 investor pasar modal terdiri dari 3.841 investor saham, 1.878 investor Reksadana, dan 276 investor SBN.
Secara khusus di Kota Kupang, jumlah investor pasar modal sebanyak 2.569 investor terdiri dari 1.631 investor saham dengan total transaksi mencapai Rp 39,64 miliar, 808 investor Reksadana dan 130 investor SBN.
Jika dibandingkan dengan jumlah penduduk di Kota Kupang pada tahun 2017 sebanyak 438.005 jiwa, maka jumlah penduduk Kota Kupang yang berinvestasi di sektor pasar modal sebesar 0,58 persen, demikian paparan Deputi Komisioner Pengawas Pasar Modal Otoritas Jasa Keuangan (OJK), Djustini Septiana dalam konfrensi pers terkait sosialisasi pasar modal di NTT yang berlangsung di Kantor OJK Kupang, Kamis (29/11/2018).
Ia menyebutkan, total Emiten Nasional saat ini sebanyak 612 Emiten. Namun demikian, sampai saat ini belum terdapat Emiten yang berkantor pusat di Kupang. Sampai saat ini, belum terdapat kantor cabang perusahaan efek/sekuritas ataupun manajer investasi di Provinsi NTT. Namun demikian, terdapat 9 bank umum yang memiliki izin sebagai Agen Penjual Efek Reksadana (APERD).
Untuk meningkatkan pemahaman serta mendukung terus berkembangnya industri pasar modal di NTT, kata Djustini, Bursa Efek Indonesia membuka 4 Galeri Investasi (GI) sebagai sarana edukasi bagi masyarakat dan calon investor, yaitu di Unversitas Nusa Nipa Maumere, Universitas Nusa Cendana (Undana) Kupang, Universitas Muhamadiyah Kupang (UMK), dan STKIP Santu Paulus Ruteng.
Kegiatan sosialisasi dan edukasi pasar modal terpadu (SEPMT) telah diselenggarakan sejak 2015 lalu di berbagai kota di Indonesia, dan Kupang merupakan kota kedelapan diselenggarakan program SEPMT di tahun 2018 ini, setelah sebelumnya telah diselenggarakan di Surabaya, Semarang, Batam, Bali, Pematangsiantar, Tasikmalaya, dan Banjarmasin.
Kegiatan ini merupakan hasil kerjasama antara OJK bersama Bursa Efek Indonesia (BEI) dan stakeholder lainnya.
Tujuannya untuk meningkatkan pemahaman masyarakat khususnya di daerah atas informasi aktual perkembangan pasar modal, dan memberikan pemahaman kepada masyarakat dalam berinvestasi yang cerdas dan aman.
Selain itu, sebagai bentuk ajakan persuasif kepada masyarakat untuk menjadi investor di pasar modal dan sebagai wujud kongkrit dari recycle pungutan OJK.
Berdasarkan survei indeks literasi keuangan tahun 2016, indeks pasar modal nasional sebesar 4,4 persen meningkat dari yang sebelumnya di tahun 2013 sebesar 3,79 persen. Artinya, kata dia, dari tahun 2013 – 2016 mengalami peningkatan sebesar 0,61 persen.
Sedangkan untuk indeks inklusi nasional tahun 2016 juga mengalami peningkatan dari 0,11 persen di tahun 2013 menjadi 1,25 persen dan tahun 2016 meningkat sebesar 1,14 persen.
Melalui sosialisasi ini, ia berharap, dapat meningkatkan pemahaman masyarakat terhadap pasar modal, khususnya di Kota Kupang. (ade)