KUPANG, NTT PEMBARUAN.id – Ketua Dewan Kerajinan Nasional Daerah (Dekranasda) Provinsi Nusa Tenggara Timur (NTT), Julie Laiskodat menginginkan para penenun di daerahnya harus bermental pengusaha.
Keinginan Bunda Julie ini disampaikan saat menjadi narasumber pada pertemuan yang digelar Bakohumas Lingkup Provinsi Nusa Tenggara Timur di Papa John’s Hotel Kupang,Jumat (13/9/2019).
Selain Bunda Julie, hadir juga pamateri dari Ketua Program Studi Teknik Tenun Ikat Universitas Nusa Cendana Kupang, Aire (narasumber), Karo Humas Setda NTT, Marius Ardu Djelamu (moderator) dan Kepala Dinas Pariwisata NTT, Wayan Darmawa.
Tema yang diangkat dalam pertemuan Bakohumas itu adalah Peran Humas NTT Dalam Rangka Menyosialisasi Promosi Pengembangan dan Pelestarian Tenun Ikat NTT Menjadi Produk Andalan Ekonomi Kreatif Nusa Tenggara Timur.
Melalui pertemuan itu, Bunda Julie menginginkan para penenun NTT harus bermental pengusaha. Karena itu, modal yang dikeluarkan untuk membeli bahan tenunan itu, seperti benang dan zat pewarna harus dihitung dengan baik.
Sedangkan, untuk ongkos kerjanya, menurut Bunda Julie, tergantung tingkat kesulitannya sesuai motif yang dihasilkan masing-masing. “Itu yang selama ini, saya menyosialisasikan kepada pengrajin tenun ikat di NTT. Tetapi, kendala yang dihadapi para penenun di NTT selama ini adalah modal dan pemasarannya, dan itu tugas pemerintah untuk menjawabnya,” tandasnya.
Kata Bunda Julie, yang dikeluhkan para penenun adalah kekurangan modal untuk membeli benang dan zat pewarna. Setelah melakukan produksi mereka (para penenun,red) masih bingung mau pasarkan ke siapa dan ke mana.
“Saya berharap, motifnya tidak berubah karena itu adalah ciri khas atau simbol yang memiliki makna tersendiri dari daerah masing-masing. Zaman boleh berubah, tetapi budaya yang merupakan warisan leluhur tidak pernah berubah. Saya berharap, Program Studi (Prodi) Tenun Ikat Undana Kupang tidak hanya mengajarkan tentang tenun ikat, tetapi juga mengajarkan tentang motif,” harap Bunda Julie.
Terkait izin atau hak paten, menurut Bunda Julie, masih mengalami kesulitan karena sebagian besar motif di NTT masih dalam bentuk lisan karena belum ada orang yang mau menuliskan khusus tentang itu.
Bunda Julie mengatakan, untuk mengantongi Indikasi Geografis (IG) harus memenuhi sejumlah persyaratan. “Kita menginginkan semua kabupaten di NTT memiliki IG. Tahun ini, ada 12 kabupaten yang sudah bisa mendapatkan IG, dan tahun depan, saya berharap semua kabupaten/kota sudah memiliki hak paten,” pungkasnya.
Sesuai Tuntutan Pasar
Sementara itu, Ketua Program Studi Tenun Ikat Undana Kupang, Arie K. Mano yang juga sebagai pamateri dalam pertemuan Bakohumas NTT itu berjanji, akan mendesain sebuah kurikulum tentang tenun ikat yang sesuai dengan tuntutan pasar.
“Tenun ikat adalah warisan leluhur. Kita berharap, mahasiswa bisa membantu para pengrajin tenun ikat supaya warna yang selama ini cepat pudar bisa bertahan lama. Kami sudah bekerjasama dengan para dosen ilmu kimia Undana, sehingga warna alami pada tenun ikat itu bisa bertahan lama, seperti motif Flores, Timor, Rote, Sabu, Sumba dan Alor,” sebut Arie.
Sejalan dengan tuntutan zaman, pihaknya akan mengembangkan dua kompetensi tentang proses dan filosofi yang mampu mendesainkan motif-motif tradisional dan mengembangkan motif-motif baru.
Berkaca pada batik, kata dia, dimana ada motif-motif tradisional, dan ada juga motif –motif yang mereka kembangkan sesuai dengan kebutuhan pasar. Karena itu, ia mengajarkan kepada mahasiswanya tentang bagaimana mendesainkan motif-motif baru sesuai tuntutan zaman.
Ia juga telah memberikan bekal ilmu pengetahuan kepada mahasiswanya soal bagaimana memasarkan hasil tenunan tersebut karena salah satu kendalanya selama ini adalah pemasaran.
Ke depan, ia berharap, alumni dari Prodi Tenun Ikat Undana Kupang bisa menjadi mentor di tengah-tengah masyarakat pengrajin tenun ikat di NTT pada umumnya, dan khususnya daerahnya masing-masing.
Sebelumnya, Karo Humas Setda NTT, Marius A. Djelamu di awal pertemuan mengatakan, Pemerintah Provinsi NTT serius memperkenalkan kekayaan alamnya kepada dunia luar.
Tidak saja wisata alam, tetapi juga budaya serta warisan intelektual, seperti tenun ikat,dan lain-lain turut diangkat ke publik internasional, sehingga NTT semakin dikenal dan banyak turis yang datang mengunjungi NTT.
Hadiri juga dalam pertemuan Bakohumas ini, dua putri cantik NTT, yakni Clarita Mawar Salem yang akan mewakili Indonesia mengikuti ajang Tourism International di Malaysia tahun depan, dan Sarlin Jones yang akan mewakili Miss Grand Indonesia 2019 ke Venezuela bulan depan. (ade)