KUPANG, NTT PEMBARUAN.id- Dinas Perdagangan Provinsi Nusa Tenggara Timur (NTT) siap mengimplementasikan visi misi Gubernur Nusa Tenggara Timur (NTT) terkait peningkatan Usaha Kecil Menengah (UKM) di provinsi kepulauan itu lima tahun ke depan.
“Terus terang, kami belum pernah menyentuh UKM Perdagangan selama ini. Karena selama ini kami berada satu atap dengan perindustrian yang disebut Dinas Perindustrian dan Perdagangan (Disperindag). Ketika kami membaca visi misi Gubernur NTT, Viktor Bungtilu Laiskodat, kami merasa ketinggalan sekali. Kenapa tidak dari dulu kita membina UKM Perdagangan ini,” kata Kepala Dinas Perdagangan NTT, Haji Husein melalui Kepala Bidang Perdagangan Dalam Negeri Dinas Perdagangan NTT, Kirenius Tallo kepada wartawan di Kupang, Kamis (6/92018).
Malah yang melakukan pembinaan UKM selama ini di NTT, menurut dia, adalah koperasi. “Sekarang baru kami sadar, bahwa itu adalah tugas kami. Sekarang kami baru bangkit. Untuk merespons itu, kami akan nampakan dalam rumusan-rumusan program tahun 2019 -2023 mendatang,” janji Tallo.
Dari sisi hulu adalah industri. Namun, kalau berbicara industri, maka sejalan dengan produksi. Tetapi, kalau berbicara UKM Perdagangan, maka sejalan dengan pemasaran. “Kami sementara dalam menyelesaikan Rencana Strategis(Renstra ). Dan’ mudah-mudahan tidak ada halangan. Kalau kita memulai harus berangkat dari data,” tukasnya.
Untuk merespon itu, pihaknya sudah mengundang para Kepala Dinas Perdagangan Kabupaten/Kota se-NTT untuk melakukan pendataan UKM Perdagangan di daerahnya masing-masing. Namun, yang merespon hanya 9 kabupaten/kota saja, sehingga hanya itu saja yang menjadi prioritas mendapatkan pinjaman modal usaha nanti.
Langkah –langkah yang dilakukannya tahun pertama nanti, pertama, melakukan pendataan UKM, kedua, melakukan seleksi, ketiga, melakukan pembinaan, keempat, memberi bantuan stimulan, kelima, melakukan pendampingan, dan keenam, melakukan monitoring /evaluasi untuk tahun pertama.
Tahun kedua, berdasarkan hasil monitoring dan evaluasi tadi, pihaknya akan membuat kelas-kelas UKM. Kelas pertama dinamakan kelompok tumbuh. Dari kelompok tumbuh lalu dilakukan seleksi lagi untuk naik kelas ke UKM Kembang.
Jika usahanya sudah meningkat, maka kelasnya diberi nama UKM Mandiri. Kalau sudah mandiri, lanjut dia, maka modal usahanya bisa lebih besar lagi hingga Rp 100 juta.
Metode pembelajarannya diawali dengan dasar-dasar manajemen usaha, kemudian dilanjutkan dengan pembukuan diikuti dengan bantuan modal stimulan dari Rp 25 juta per UKM.
“Kalau usahanya meningkat, maka modalnya dinaikan menjadi Rp 50 juta. Begitu dia naik ke kelas mandiri, maka modal usahanya naik hingga Rp 100 juta dengan tetap melakukan pendampingan,” urainya.
Dia juga sudah merencanakan, untuk membuat pasar pengumpul yang berdampingan dengan gudang. Pasar pengumpul yang ada itu nanti dilengkapi fasilitas, seperti mobil truck untuk menjemput hasil-hasil pertanian para petani.
“Tugas perdagangan adalah memfasilitasi siapa yang membeli, yaitu pedagang –pedagang antar pulau. Ketika komoditi dikumpulkan dari ladang-ladang petani atau rumah-rumah petani, sehingga pembeli tidak susah mencarinya. Setelah dibeli, nanti diangkut lagi ke pelabuhan. Hal ini untuk memotong rantai distribusi tengkulak. Agar itu bisa terwujud, saya harus menggunakan konsultan perencana,” urainya.
Buat Rumah Kemasan
Ia melihat, kwalitas komoditi asal NTT lebih bagus dibanding daerah lainnya di Indonesia. Contohnya, kopi Flores. Kwalitasnya cukup bagus, tetapi kalah di kemasannya. Menurut dia, kemasan sangat berpengaruh daya beli masyarakat. Kalau kemasan kurang bagus, maka daya beli masyarakat bisa saja rendah.
Berbeda dengan komoditi di Pulau Jawa, kata Tallo, kemasannya sangat bagus, tetapi kwalitas produknya rendah. “Selama ini hasil produk kita kwalitasnya bagus, tetapi kemasannya kalahnya dengan di Jawa. Kelemahan kita di kemasan, seperti kopi, coklat dan rumput laut kwalitasnya tinggi, tetapi kemasannya rendah,” pungkasnya.
Visi-misinya adalah Perdagangan NTT Menuju Kemandirian dan Berdaya Saing. Menuju kemandirian maksudnya, ujar dia, jangan tergantung kepada perdagangan dari Jawa, dan Sulawesi. Sedangkan berdaya saing, lanjutnya lagi, dimana kwalitas produk yang bagus harus diikuti dengan kemasan atau bungkusan yang menarik pula.
Ia berjanji, semua UKM yang berada dalam pembinaannya nanti harus bermitra dengan rumah kemasan. Tehnisnya nanti akan dikelola pihak swasta, sehingga sentra rumah kemasan ini dapat mendongkrak Pendapatan Asli Daerah (PAD). (ade)