Categories Daerah Humaniora

Dibangun, Rumah Gendang Gelarang Lempa

LEMPA, NTT PEMBARUAN.id – Rumah Gendang Gelarang Lempa, Desa Gurung, Kecamatan Welak, Kabupaten Manggarai Barat (Mabar), Provinsi Nusa Tenggara Timur (NTT) mulai dibangun. Pembangunan rumah gendang ini ditandai dengan peletakan batu pertama, Sabtu (30/6/2018).

Peletakan batu pertama rumah gendang  ini dihadiri empat kepala suku dan empat gendang pemekaran dari Lempa, yakni Ulas, Tangis, Tando dan Norang. Hadir dalam acara itu, Sekretaris Camat Welak, Beni, Pater Sony, mewakili Gereja Katolik dari Paroki Orong Wilayah Keuskupan Ruteng,  Kepala Desa Gurung, Fernandus Suhardi sekaligus Ketua Panitia Pembangunan Rumah Gendang Gelarang Lempa, tokoh adat Kampung Lempa  dan tokoh adat dari empat kampung pemekaran.

Sekretaris Camat Welak, Beni, dalam sambutannya meminta warga lima kampung yang merupakan bagian dari gendang Lempa untuk bersatu padu membangun rumah gendang itu hingga selesai.

“Ini adalah kerinduan kita selama  20 tahun yang saat ini sudah terjawab. Secara tradisi Manggarai wajib hukumnya kita membangun rumah gendang.  Apa yang terjadi hari ini merupakan berkat kerja keras kita semua. Karena kita memiliki komitmen yang sama dan merasa membutuhkan untuk perlu membangun rumah gendang ini,” urainya.

Sebagai pemerintah, baik kabupaten maupun kecamatan tentunya sangat mendukung pembangun rumah gendang ini. “Kalau dukungan doa, saya sudah mendoakan.  Tetapi, kalau dukungan lain dalam bentuk finansial itu yang masih kita cari bersama-sama,” tandasnya.

Beni juga mengaku, baru pertama kali menyaksikan peletakan batu pertama salah satu rumah gendang adat Manggarai.  “Saya sangat berbangga sekali,  bahwa kami pemerintah kecamatan dihargai untuk ikut hadir menyaksikan peletakan batu pertama rumah gendang  Lempa.  Ini merupakan awal dari suatu perjuangan.  Saya mengharapkan kerja sama dan kerja keras kita semua untuk sampai pada selesainya pembangunan  rumah gendang ini. Saya mendapat informasi bahwa swadaya masyarakatnya sangat tinggi,” kata Beni.

Untuk membangun suatu rumah adat, menurut dia,  membutuhkan kerja sama  antara pemerintah dengan masyarakat  dan komitmen bersama warga setempat.   “Saya masih ingat, 5 minggu  lalu ada pencanangan bulan bhakti gotong royong di Desa Gurung sekaligus pencanangan bulan sadar pajak. Kenapa harus di Gurung?  Karena di Gurung tingkat kesadarannya tinggi . Buktinya, swadaya rumah gendang sudah berjalan dan dibangun secara gotong royong, “ harapnya.

Karena itu, bentuk rumah adat (Gendang Gelarang Lempa,red)  yang dibangun nanti harus mengandung nilai budaya dan nilai sejarah yang diwariskan para lehur, sehingga pada gilirannya akan menjadi salah satu daerah destinasi wisata budaya di Kabupaten Manggarai Barat.

Rumah adat yang dibangun ini harus memberi ciri khas tersendiri, sehingga  memberi daya tarik bagi para wisatawan, baik domestik maupun mancanegara termasuk warga lokal di Manggarai. “Ciptakan suasana yang harmonis, damai dan aman dalam kampung, sehingga semua orang termasuk warga kampung yang merantau rindu pulang kampung halamannya. Sejak saya bertugas di Kecamatan Welak  belum ada laporan persoalan dari Desa Gurung.  Hal ini menunjukkan bahwa kehidupan di Desa Gurung itu sangat aman dan damai.  Itupun belum  ada rumah gendang. Apa lagi kalau rumah gendang itu sudah dibangun, pasti 100 persen aman. Semua persoalan  harus diselesaikan secara musyawarah dan mufakat dengan menghadirkan tokoh adat dan tokoh masyarakat setempat,” kata Beni.

Terkait harapan masyarakat soal bantuan dana dari pemerintah untuk pembangunan rumah adat tersebut, kata dia,  pemerintah kecamatan tidak memiliki  anggaran khusus untuk itu. Namun, ia bersama masyarakat sama-sama berjuang mengajukan proposal bantuan dana  ke  Pemerintah Kabupaten Manggarai Barat, sehingga bisa mendapat suntikan dana sedikit.

“”Nanti kita  mengusulkan bantuan dana  ke Pemkab Mabar tahun ini dan  mudah-mudahan mendapatkan respons yang baik,” tukasnya.  Seperti disaksikan media ini, peletakan batu pertama rumah  adat Lempa (Rumah Gendang Gelarang Lempa,red) ini ditutup dengan doa bersama yang dipimpin Pater Sony. (ade)

Berita lainnya