KUPANG, NTT PEMBARUAN.id- Dekranasda Nusa Tenggara Timur (NTT) siap menampilkan 108 baju tenunan motif asli dari 22 kabupaten/kota se-NTT di ajang bergengsi Indonesia Fashion Week (IFW) pada Jumat, 29 Maret 2019 di Jakarta.
Ratusan baju bermotif NTT yang ditampilkan itu, merupakan hasil karya dari 22 desainer lokal NTT yang telah melewati proses pembinaan tiga mentor desainer papan atas nasional, yakni Defrico Audy, Handy Hartono, dan Musa Widyatmodjo.
“Momen ini menjadi salah satu upaya kami untuk mempromosikan produk tenun NTT dalam rangka perluasan pangsa pasar baik di level nasional maupun internasional,” kata Ketua Dekranasda Provinsi NTT, Julie S. Laiskodat didampingi Kepala Dinas Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Provinsi NTT, Wayan Darmawa, kedua mentor desainer nasional, Musa Widyatmodjo, dan Handy Hartono kepada wartawan di Ruang Rapat Disparekraf NTT, Jumat (22/3/2019).
Di ajang IFW itu nanti, kata dia, bukan hanya desainer lokal saja yang ditampilkan, tetapi juga akan ditampilkan delapan putri dari delapan kabupaten di NTT yang sudah lolos sensor dan pernah tampil di panggung-panggung besar untuk berjalan di panggung nasional, yakni Manggarai Barat, Ngada, Flores Timur (Flotim), Ende, Belu, Sumba Barat, dan Sumba Tengah.
“Awalnya, para desainer lokal kita tidak percaya diri karena mereka berpikir itu ajangnya kelas internasional. Karena itu, saya mengundang tiga mentor, atau guru desainer papan atas nasional, yakni Musa Widyatmodjo,Handy Hartono dan Defrico Audy untuk menurunkan ilmunya kepada 22 desainer lokal itu, sehingga akhirnya mereka percaya diri,” tukasnya.
Para desainer lokal NTT yang siap tampil itu nanti akan dikarantiinakan di butik miliknya di Jakarta sejak 27-28 Maret 2019 untuk persiapan berlaga di ajang bergengsi IFW tanggal 29 Maret 2019.
Baju-baju yang akan ditampilkan nanti adalah hasil karya koleksi desainer lokal NTT yang merupakan hasil binaan ketiga mentor tersebut. “Sebenarnya di event IFW seperti itu ada beberapa kategori yang ditampilkan, tetapi saya menggunakan kategori yang paling top yaitu, show tunggal NTT atau hanya NTT saja di dalam ajang tersebut yang menampilkan 108 baju dari 22 kota/kabupaten di NTT. Kita juga menginginkan, para desainer menampilkan 3 baju masing-masing kabupaten bermotif daerah berwarna hitam putih, warna alam, dan warna gondreng. Sebab, selain sebagai ajang promosi juga sebagai ajang untuk melakukan penjajakan pangsa pasar,” urainya.
Tiga mentor juga akan dilibatkan dalam ajang ini dengan menampilkan 14 baju dari 22 kabupaten/kota di NTT. Misalnya, mentor Musa Widyatmodjo akan menampilkan busana daerah dari 8 kabupaten di daratan Flores.
Kemudian mentor Defrico Audy menampilkan busana daerah dari 7 kabupaten se-daratan Timor mulai dari Kota Kupang sampai Malaka ditambah Alor, dan mentor Handy Hartono menampilkan busana daerah dari 4 kabupaten di daratan Sumba, Lembata, Sabu Raijua, dan Kabupaten Rote Ndao.
Dalam ajang ini juga, pihaknya akan menyiapkan sejumlah pernak pernik hasil kerajinan NTT untuk diberikan kepada 1.200 – 1.500 tamu, baik dalam negeri maupun luar negeri yang hadir saat itu, antara lain berupa, jagung titi, gula lempeng, selendang, dan lain-lain.
Ia menyebutkan, keterlibatan Dekranasda NTT di IFW 2019 tahun ini berkat dukungan sejumlah Organisasi Perangkat Daerah (OPD), seperti Dinas Perindustrian dan Perdagangan, Dinas Pariwisata dan Ekonomi Kreatif, Dinas Pendidikan dan Kebudayaan, Dinas Koperasi Tenaga Kerja dan Transmigrasi, Dinas Penanaman Modal dan Pelayanan Terpadu Satu Pintu, Biro Umum Setda NTT dan Biro Humas Setda NTT.
Sebelumnya, Kepala Dinas Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Provinsi NTT, Wayan Darmawa dalam sekapur sirihnya mengucapkan terima kasih atas kehadiran Ketua Dekranasda NTT, Bunda Julie S. Laiskodat di kantornya, untuk menjelaskan terkait persiapan para desainer lokal dan putri NTT yang akan tampil di ajang IFW 2019 di Jakarta, 29 Maret 2019 mendatang.
Beberapa waktu lalu, atas inisiator Ketua Dekranasda NTT, Bunda Julie S. Laiskodat telah menggelarkan festival kain sarung. Tahun depan, event seperti itu, akan menjadi bagian yang penting dalam pengembangan pariwisata di NTT.
“Kerjasama kita dengan Dekranasda NTT tidak berhenti sampai di sini, akan ada kerjasama lanjutan untuk bergandengan tangan dalam rangka pengembangan pariwisata berbasis komunitas. “Kita juga memberi apresiasi atau dukungan kepada Dekranasda NTT yang telah mensuport sejumlah kegiatan bernuansa pariwisata di NTT,” kata Wayan.
Di penghujung jumpa pers itu juga, Bunda Julie S. Laiskodat melaunching perpustakaan digital Disparekraf NTT untuk mempromosikan sejumlah produk lokal di NTT. (ade)