PERJALANAN yang melelahkan dengan melewati sejumlah tikungan tajam di atas jalan hotmix, terbayar dengan keramahan warga lokal yang menyambut kita ketika berwisata ke tempat yang satu ini.
Jika lapar dan haus, anda tinggal memilih tempat makanan atau minuman yang anda inginkan, ada 15 unit kantin yang berjejer rapi di spot wisata ini tentunya tidak menguras dompet anda. Letaknya di Desa Tanjung Boleng, Kecamatan Boleng, Kabupaten Manggarai Barat, Provinsi Nusa Tenggara Timur.
Tak begitu jauh dari pusat Kota Labuan Bajo, Ibu Kota Kabupaten Manggarai Barat, anda hanya membutuhkan waktu 30 sampai 40 menit untuk sampai di tempat ini dengan menggunakan roda dua ataupun roda empat.
Jika ingin berkunjung ke Labuan Bajo, tentu tidak hanya menikmati lokasi wisata laut atau tempat wisata populer lainya yang ada di Manggarai Barat.
Kalau ingin merasakan wisata pegunungan bersih, sejuk, damai dan penuh kenangan di tempat ini menjadi rekomendasi terbaik buat anda.
Jika anda ingin melepas penat dari hiruk-pikuk perkotaan atau pekerjaan anda, kami anjurkan datang ke tempat ini namanya adalah “Wae Bobok”.
Nama ini, sudah tidak asing di telinga warga masyakat Manggarai Barat, Nusa Tenggara Timur ataupun Indonesia pada umumnya.
Wae Bobok merupakan wisata kawasan hutan lindung dan tempat yang strategis untuk melepas lelah, hal ini dikarenakan alam di sekitar Wae Bobok masih sangat alami.
Udaranya pun terasa sangat segar, aliran air di depan kantin-kantin ditambah lantunan kicauan burung-burung yang begitu menyenangkan jiwa jika berada di tempat ini.
Selain menjadi tempat peristirahatan atau objek wisata yang menarik, di Wae Bobok juga ada makanan kuliner khas Manggarai yang merupakan makanan tradisional yang dibuat oleh Ibu-ibu yang di jual di beberapa lapak kantin milik masyarakat setempat seperti Serabe (kue khas Manggarai) yang terbuat dari beras merah dan gula aren, dan kolo yang berbahan dasar beras merah atau orang Manggarai menyebutnya Tapa Kolo dibuat dengan cara dibakar di dalam bambu.
Bersantai di Wae Bobok sambil menikmati makanan yang dijual di beberapa lapak milik warga Kampung Rareng, banyak pula aktivitas lain yang dapat anda lakukan di sana seperti Camping Ground, Outbound Area! Seru, bukan?
Nah, jika kamu sudah pernah ke sini satu kali, pasti akan kangen kapan bisa jalan-jalan ke tempat ini untuk kali keberikutnya.
Apalagi bareng keluarga, teman, sahabat maupun pasanagan hidup anda.
Ini juga bagian peran KPH Mabar dalam membangun Wisata Alam Wae Bobok menjadi destinasi baru di Labuan Bajo.
Diketahui wisata alam merupakan salah satu jasa lingkungan yang dihasilkan oleh kawasan hutan, dimana pemanfaatannya dapat memberikan hasil yang signifikan bilamana mampu meningkatkan kesejahteraan masyarakat terutama masyarakat setempat, sekaligus menumbuhkan kesadaran para pihak untuk menjaga dan meningkatkan fungsi kawasan hutan.
Kebersihan dan fasilitas yang ada di Wae Bobok sekarang sudah tidak mepersulit bagi anda yang ingin berlama-lama di sini.
Dari area parkir sampai toilet semuanya sudah tersedia dengan baik bagi anda pecinta pariwisata.
Sejak dibuka pada Tahun 2017 sebagai ekowisata Wae Bobok, kini semakin banyak pengunjungnya.
“Pada tahun 2017 itu, kita usulkan sebagai ekowisata, kebetulan waktu itu ditanggapi baik oleh Kementerian Lingkungan Hidup, sehingga pada pertengahan 2017, Kementerian langsung membuat pelatihan di sini yaitu pelatihan interpreneur, dengan pelatihan pengembangan ekowisata selama satu minggu. Waktu pelatihan saat itu langsung pembersihan awal di sini,” ujar Kepala UPTD KPH Mabar, Stefanus Nali kepada NTT Pembaruan di lokasi Wae Bobok, Kamis ( 10/2/2022).
Wae Bobok merupakan tempat sentral diantara dua lokasi wisata yang populer, yaitu Gua Rangko dan Cunca Wulang.
Akses masuk dari Kampung Rareng ke Gua Rangko kalau sudah bagus maka Wae Bobok kemungkinan besar menjadi satu paket wisata yang bisa dikunjungi wisatawan dengan arus yang sangat besar.
“Wisatawan sekarang ini masih mentok sampai di sini, setelah itu pulang lagi. Kemungkinan banyak orang mau datang ke sini ketika ini menjadi satu paket full. Kalau menurut saya Wae Bobok ini sebenarnya tempat sentral karena berada diantara dua tempat destinasi yang lagi populer di kalangan masyarakat yaitu wisata Cunca Wulang dan Gua Rangko,” sebut dia.
“Kalau misalnya akses dari Cunca Wulang, kemudian dari Rareng ke Gua Rangko itu sudah bagus ke sini, maka ini bisa menjadi satu paket wisata ke Wae Bobok. Kendala utamanya saat ini hanyalah akses jalan dari Rareng ke Kampung Gerak tembus ke Jalan Pantura maka ke Rangko dan ke sini akan lebih mudah akses wisatanya,” terang Nali.
Pembangunan yang ada di Wae Bobok sekarang, menurut dia, atas inisiatif warga Rareng sendiri.
“Mari kita sama-sama kembangkan daerah ini sebagai salah satu daerah destinasi di Manggarai Barat. Saya mengharapkan partisipasi masyarakat untuk menjaga lingkungan dengan baik, karena yang kita jual di sini adalah jasa lingkungannya, jasa dari hutan ini untuk memberikan kita makan tanpa kita harus merusak,” imbuhnya.
Kepada Pemerintah Kabupaten Manggarai Barat, Nali berharap untuk bersama-sama membesarkan Wae Bobok, karena wisata Wae Bobok mempunyai peluang besar ke depan bagi masyarakat yang mau berusaha di lokasi tersebut.
“Kepada pemerintah, terutama Dinas Pariwisata, mari kita besarkan sama-sama Wae Bobok ini karena di sini ada peluang besar ke depan bagi masyarakat yang mau berusaha di tempat itu.
Mari kita dukung dan ini adalah cikal bakal akan tumbuh UMKM baru di Manggarai Barat. Kita membina sama –sama, agar semangat masyarakat tidak kendor,” ajak Nali.
Pengembangan pariwisata Wae Bobok bisa menaikan taraf hidup masyarakat. Dengan demikian, ia minta kepada pemerintah daerah untuk bersama-sama mendukung semangat besar masyarakat sekaligus menjalankan arahan Pemerintah Pusat untuk menaikan taraf hidup masyarakat.
Salah seorang pemilik lapak di lokasi Wae Bobok, Basilius, mengaku, kendala utama untuk mendukung Wisata Wae Bobok akses jalan masuk belum bagus.
Akses jalan masuk dari Kampung Rareng ke Kampung Gerak yang merupakan pusat pertanian masyarakat setempat juga menjadi kesulitan saat ini.
“Mungkin saja banyak orang yang datang ke Wae Bobok, tetapi karena terkendala jalan maka niatnya itu tidak terwujud,” kata Basilius.(fon)