KUPANG, NTT PEMBARUAN.id- Pertumbuhan ekonomi Nusa Tenggara Timur (NTT) triwulan III Tahun 2018 sebesar 5,14 persen, di bawah pertumbuhan ekonomi nasional sebesar 5,17 persen.
Data itu disampaikan Kepala Badan Pusat Statistik (BPS) Provinsi Nusa Tenggara Timur (NTT), Maritje Pattiwaellapia saat menyampaikan press release di Ruang Rapat Lantai II Kantor BPS NTT, Senin (5/11/2018)
Dari sisi lapangan usaha, pertumbuhan ekonomi tertinggi dicapai oleh lapangan usaha penyediaan akomodasi dan makan minum sebesar 9,60 persen. Dari sisi pengeluaran, lanjut dia, pertumbuhan tertinggi dicapai oleh komponen ekspor yang bertumbuh sebesar 58,63 persen.
Ekonomi NTT triwulan III -2018, mengalami pertumbuhan sebesar 5,11 persen dibandingkan dengan triwulan II-2018 (q-to-q). Selanjutnya, dari sisi lapangan usaha, pertumbuhan tertinggi terjadi pada lapangan usaha konstruksi sebesar 8,78 persen. Sedangkan dari sisi pengeluaran, pertumbuhan tertinggi terjadi pada komponen ekspor sebesar 43,87 persen.
Ekonomi NTT pada triwulan I-III -2018, tumbuh sebesar 5,14 persen (c-to-c). Dari sisi produksi, pertumbuhan ekonomi tertinggi masih dicapai oleh lapangan usaha penyediaan akomodasi dan makan minum sebesar 15,33 persen.
Sementara struktur ekonomi NTT pada triwulan III-2018, masih didominasi oleh lapangan usaha pertanian, kehutanan, dan perikanan dengan kontribusi sebesar 28,64 persen. Dari sisi pengeluaran, masih didominasi pengeluaran konsumsi rumah tangga sebesar 66,94 persen.
Untuk pertumbuhan ekonomi di NTT, kata Maritje, masih didominasi sektor pertanian, kehutan dan perikanan sebesar 28,64 persen. Disusul, administrasi pemerintahan, pertanahan dan jaminan sosial wajib sebesar 13,31 persen diikuti perdagangan besar, eceran reparasi mobil dan sepeda motor sebesar 11,14 persen.
Tingkat Optimisme Tinggi
Maritje mengatakan, secara umum kondisi ekonomi dan tingkat optimisme konsumen NTT pada triwulan III-2018 sangat tinggi dibanding triwulan sebelumnya. Indeks Tendensi Konsumen (ITK) triwulan III-2018 sebesar 113, 64. Artinya, kata dia, kondisi ekonomi konsumen meningkat dibanding triwulan sebelumnya.
Kondisi ini didorong oleh meningkatnya pendapatan rumah tangga (nilai indeks sebesar 116,48), tidak adanya pengaruh inflasi terhadap tingkat konsumsi (nilai indeks sebesar 123,44) juga penurunan volume konsumsi (nilai indeks sebesar 94,44).
Kata Maritje , provinsi yang memiliki nilai ITK tertinggi adalah NTT dengan nilai indeks sebesar 113, 64, sedangkan provinsi yang memiliki nilai ITK terendah adalah Sumatra Barat dengan nilai indeks sebesar 95,39 persen.
Nilai ITK NTT pada triwulan IV -2018 diperkirakan sebesar 125,81. Artinya, kondisi ekonomi konsumen diperkirakan akan lebih meningkat. Tingkat optimisme konsumen diperkirakan semakin tinggi dibandingkan triwulan III-2018 (nilai ITK sebesar 113,64).
TPT NTT 3,01 Persen
Maritje juga menyebutkan, Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT) NTT pada Agustus 2018 mencapai 3,01 persen, turun 0,26 poin dari Agustus 2017 sebesar 3,27 persen. Pengangguran di NTT pada Agustus 2018 sebesar 74,7 ribu orang, berkurang 3,8 ribu orang dibanding penganggur Agustus 2017 sebesar 78,5 ribu orang.
TPT tertinggi terjadi di Kota Kupang, 10,17 persen, diikuti Lembata, 5,40 persen dan Belu, 5,26 persen. Sedangkan TPT terendah Kabupaten Timor Tengah Utara (TTU), 0,85 persen, Timor Tengah Selatan (TTS) dan Sumba Barat Daya (SBD) masing-masing, 1,01 persen.
Selanjutnya, Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja (TPAK) NTT Agustus 2018 sebesar 70,17 persen, naik 1,08 poin dibandingkan TPAK NTT Agustus 2017 sebesar 69,09 persen. Angkatan kerja NTT pada Agustus 2018 sebesar 2,49 juta orang, bertambah 87,7 ribu orang dibandingkan angkatan kerja Agustus 2017 sebesar 2,40 juta orang. TPAK tertinggi terjadi di Kabupaten SBD sebesar 79,68 persen, dan terendah terjadi di Kota Kupang sebesar 57,67 persen.
Penduduk yang bekerja di NTT pada Agustus 2018 mencapai 2,41 juta orang, bertambah 91,5 ribu orang dibandingkan keadaan Agustus 2017 sebesar 2,32 juta orang. Sebagian besar penduduk bekerja di sektor pertanian sebesar 1,32 juta orang (54,73 persen) diikuti perdagangan besar, eceran, reparasi, perawatan mobil dan sepeda motor sebesar 9,64 persen, dan kategori industri pengolahan sebesar 8,96 persen. (ade)