KUPANG, NTT PEMBARUAN.id- Sabtu, 30 November 2019, Politeknik Negeri Kupang kembali mewisudakan 1.378 wisudawan/i. Jumlah wisudawan/i tahun ini naik 50 persen dibanding tahun-tahun sebelumnya.
Ketua Panitia Wisuda Politeknik Negeri Kupang Tahun 2019, Ny. Hapsa Usman,S.E, M.Si kepada wartawan disela-sela acara wisuda di Kampus Politeknik Negeri Kupang, Sabtu (30/11/2019) mengaku, wisuda tahun ini merupakan wisuda terbanyak, setelah Tahun 2014 lalu.
Kata Usman, karena jumlahnya terlalu banyak, maka panitia membagi dua sesi, dimana sesi pertama dari jam 07.30 Wita – 12.00 Wita dengan jumlah, 678 orang, dilanjutkan sesi kedua, mulai pukul 13.30 Wita – 17.30 Wita dengan jumlah, 677 orang.
Jumlah itu tersebar di 6 jurusan, yakni Jurusan Akuntasi, 250 orang, Jurusan Administrasi Bisnis, 264 orang, Jurusan Elektro, 293 orang, Jurusan Mesin, 135 orang, Jurusan Sipil, 209 orang, dan Jurusan Pariwisata, 227 orang.
Dari 1.378 wisudawan/i itu, 20 orang diantaranya meraih prestasi cum laude tersebar di 6 jurusan, dan 18 program studi (Prodi) dengan IPK tertinggi, 3,94. Kepada 20 orang wisudawan/i yang meraih prestasi cum laude ini, lembaga memberikan penghargaan berupa piagam, plakat dan rata-rata mereka mendapatkan beasiswa.
Biasanya, menurut dia, setiap tahun alumni terbaik langsung diambil oleh lembaga untuk menjadi tenaga honor di Politeknik Negeri Kupang. Dicontohkannya, tahun lalu sebanyak 10 orang lulusan terbaik Politeknik Negeri Kupang melanjutkan S-2 di Taiwan, sebagai bentuk kerjasama antara Politeknik Negeri Kupang dengan Taiwan selama ini.
Agar tidak terjadi penumpukan wisudawan/i seperti yang terjadi tahun ini, maka direncanakan mulai tahun depan, Politeknik Negeri Kupang melaksanakan wisuda dua kali dalam setahun, yakni periode pertama antara Mei atau Juni, dan periode kedua, November.
Kepada para alumni Politeknik Negeri Kupang, ia berpesan, manfaatkanlah ijazah atau ilmu yang dimiliki itu untuk menciptakan lapangan kerja baru di tengah-tengah masyarakat, sehingga suatu saat bisa menjadi seorang Direktur dan Manajer di salah satu perusahaan.
Bagi dia, ilmu yang diperoleh selama mengikuti pendidikan di perguruan tinggi itu tidak semata-mata hanya untuk mengejar menjadi Pegawai Negeri Sipil (PNS), tetapi haruslah berkreasi menciptakan lapangan kerja baru di tengah-tengah masyarakat, sehingga tidak terjadi penumpukan angka pengangguran.
Apa lagi di era revolusi 4.0, dimana persaingan sangat ketat. ”Mahasiswa kita di NTT ini literasinya rendah. Kita menyuruh untuk foto kopi saja, jawabannya tidak ada uang. Padahal, pulsa data, FB, cahtting, dan WA semuanya full. Literasi itu adalah jendela dunia. Kita bisa kuliah di Amerika dan Inggris, kalau banyak membaca,” pesannya. (ade)