KUPANG, NTT PEMBARUAN.id- Secara nasional, Provinsi Nusa Tenggara Timur (NTT) menduduki urutan ketiga angka penduduk miskin dengan persentase, 21,09 persen,setelah Papua, 27,53 persen, dan Papua Barat,22,17 persen.
Dengan demikian, NTT masih merupakan provinsi yang memiliki persentase penduduk tertinggi, yaitu urutan ketiga setelah Papua dan Papua Barat, kata Kepala Badan Pusat Statistik Provinsi Nusa Tenggara Timur, Maritje Pattiwaelapia kepada wartawan dan dinas terkait di Ruang Rapat Lantai II Kantor BPS NTT, Senin (15/7/2019).
Persentase penduduk miskin pada Maret 2019 sebesar 21,09, meningkat 0,06 persen poin terhadap September 2018 dan menurun 0,26 persen poin terhadap Maret 2018. Jumlah penduduk miskin pada Maret 2019 sebesar 1.146,32 ribu orang, meningkat 12,21 ribu orang terhadap September 2018, dan meningkat 4,15 ribu orang terhadap Maret 2018.
Enam provinsi yang mengalami kenaikan persentase penduduk miskin (September 2018-Maret 2019) meliputi, NTT, 0,06 persen poin,Kepulauan Riau, 0,07 persen poin, Sulawesi Utara, 0,07 persen poin, Papua, 0,10 persen poin, Kalimantan Barat, 0,12 persen poin, dan Maluku Utara, 0,15 persen poin.
Maritje menyebutkan, ada dua aspek yang menentukan standar GK, yaitu GK makanan, dilihat dari nilai pengeluaran kebutuhan minimum makanan (setara 2100 kalori per kapita per hari). Sedangkan, GK non makanan, dilihat dari nilai minimum pengeluaran untuk kebutuhan perumahan, sandang, pendidikan, kesehatan, dan kebutuhan pokok bukan makanan lainnya.
Berdasarkan komposisi GK pada Maret 2019, komoditi makanan penyumbang terbesar terjadinya angka kemiskinan di NTT, yakni sebesar 78,17 persen, sedangkan bukan makanan hanya sebesar 21,83 persen saja.
Faktor –faktor lain yang mempengaruhinya, Nilai Tukar Petani (NTP) pada Maret 2019 turun sebesar 1,60 persen dibanding September 2018 yaitu dari 107,35 menjadi 105,63. Hal ini disebabkan oleh harga produksi pertanian menurun, sedangkan harga konsumsi petani meningkat.
Selama periode September 2018 – Maret 2019, inflasi umumnya cukup tinggi, yaitu sebesar 2,02 persen. Bahan makanan merupakan kelompok pengeluaran yang mengalami kenaikan indeks harga tersbesar yaitu naik sebesar 4,17 persen.
Inflasi di wilayah pedesaan yang dicerminkan dari perubahan indeks konsumsi rumah tangga pada periode September 2018 – Maret 2019 menunjukkan angka yang cukup tinggi, yaitu mencapai 2,19 persen.
Faktor terkait lainnya, dimana tingkat pengangguran terbuka di NTT pada Februari 2019 sebesar 3,10 persen, mengalami kenaikan dibandingkan keadaan Februari 2018 dan Agustus 2018 dengan kenaikan masing-masing sebesar 0,12 persen poin dan 0,09 persen poin.
Rata-rata pengeluaran per kapita per bulan untuk penduduk yang berada di 40 persen lapisan terbawah selama periode September 2018- Maret 2019, lanjut dia, tumbuh sebesar 2,15 persen. Namun, masih lebih rendah dibandingkan kenaikan GK pada periode yang sama sebesar 3,85 persen. (ade)