KUPANG, NTT PEMBARUAN.id- Misa Kamis Putih di Gereja St. Kristoforus Matani, Desa Penfui Timur, Kecamatan Kupang Tengah, Kabupaten Kupang, Provinsi Nusa Tenggara Timur, Kamis (1/4/2021) berlangsung tertib, aman dan lancar.
Seperti disaksikan wartawan media ini, misa Kamis Putih di gereja itu berlangsung selama dua kali, misa pertama pukul 17.00 Wita dilanjutkan dengan misa kedua, pukul 19.00 Wita.
Umat yang datang pun tetap mematuhi protokol kesehatan, seperti memakai masker, mengukur suhu tubuh, mencuci tangan dan menjaga jarak.
Karena masih dalam suasa pandemi Covid-19, maka misa Kamis Putih di Gereja St. Kristoforus Matani, Romo tidak melakukan pembasuhan kaki umatnya sebagai peringatan Yesus yang mencuci kaki para muridNya dalam perjamuan terakhir, pelayanan Yesus di dunia sebelum kematianNya.
Romo Erik Fkun dalam khotbah misa Kamis Putih di Gereja St. Kristoforus Matani kembali mengingatkan kepada umat, bahwa Kamis Putih merupakan tradisi umat kristen untuk memperingati perjamuan malam terakhir yang dipimpin oleh Yesus bersama para muridNya.
“Melalui peristiwa hari ini (Kamis Putih,red) kita semua diajak untuk melihat dan menghayati tindakan-tindakan Yesus sebagai ungkapan kasihNya yang paling agung kepada para muridNya. Meskipun, Dia tahu bahwa diriNya telah diserahkan, dijual kemudian dihukum dan disalibkan,” demikian Romo Erik.
“Tindakan-tindakan simbolis berupa makan bersama, perjamuan bersama dan juga pembasuhan kaki para muridNya, sesungguhnya mau menunjukkan kepada kita tentang kebesaran cinta yang berkorban.Cinta yang memberi secara utuh, dan cinta yang tak pernah terbatas kepada kita semua umat manusia,” ungkap Romo Erik.
Karena itu, peristiwa perjamuan malam terakhir adalah peristiwa malam yang suci dan malam yang kudus bersama para muridNya. Segala tindakan dan perbuatan serta kata-kata yang terucap, menjadi sebuah warisan gereja sepanjang masa.
“Peristiwa yang teramat agung, luhur dan mulia itu patut kita berbagi dalam kehidupan kita sehari-hari sebagai pengikutNya. Ia rela berkorban, dengan penuh kerendahan hati dan tulus membasuh kaki para muridNya. Di sini, Yesus memberikan tubuh dan darahNya menjadi santapan dan kehidupan bagi para muridNya. Disinilah, Yesus menetapkan ekaristi. Melalui ekaristi, Tuhan Yesus sungguh-sungguh hadir, tinggal dan menetap di dalam hati kita,”kata Romo Erik. (red)