RUTENG, NTT PEMBARUAN.id — Dalam rangka meningkatkan kapasitas diri dan pemanfaatan TIK dalam pembelajaran di sekolah, Komunitas G-RAK Guru Penggerak Satarmese mengadakan kegiatan pelatihan bagi anggota komunitas. Kegiatan tersebut dilaksanakan pada Kamis, 3 Maret 2022.
Kegiatan itu dilaksanakan di rumah persinggahan Biara Kongregasi Suster St. Yosef (KSSY) di Tal, Desa Tal, Kecamatan Satarmese.
Kegiatan yang seyogyanya dijadwalkan untuk anggota komunitas tersebut diikuti pula oleh beberapa guru dari beberapa sekolah yang ada di sekitar wilayah Satarmese.
Salah satunya adalah Pengawas Pendidikan Sekolah Dasar Kecamatan Satarmese, Fransiska Juita, S. Pd.
Adapun materi dalam pelatihan tersebut adalah pemanfaatan feature Google Form dalam melakukan asesmen pembelajaran dengan narasumber Veronicus C.A. Littik, S. Pd., Gr, penggunaan Spring terintegrasi dengan canva dalam melakukan asesmen pembelajaran yang disajikan oleh Ketua Komunitas G-RAK Guru Penggerak Satarmese, Danar Wulan, S. Si dan penautan akun belajar.id dengan SIM PKB oleh Marianus Leonardus Mawar, S. Pd., Gr
Pengawas Pendidikan Sekolah Dasar Kecamatan Satarmese, Ibu Heni yang diberikan kesempatan untuk menyampaikan sambutan saat seremonial pembukaan kegiatan pelatihan menyampaikan apresiasi kepada komunitas G-RAK Guru Penggerak Kecamatan Satarmese Raya yang telah bergerak dengan melakukan aksi nyata berupa kegiatan pelatihan pemanfaatan Teknologi Informasi dan Komputer.
Menurut dia, Guru Penggerak dibentuk untuk menjadi pemimpin pembelajaran atau menjadi pelopor bagi para guru dalam mewujudkan sebuah perubahan di dunia Pendidikan, khususnya Pendidikan di wilayah Satarmese Raya.
Para Guru Penggerak harus bisa melakukan pengimbasan dan mendorong terjadinya sebuah perubahan bagi dunia Pendidikan terutama perubahan sikap dan mental bagi para guru.
“Guru Penggerak dibentuk untuk memimpin atau menjadi pelopor bagi para guru untuk membuat suatu perubahan di dalam bidang Pendidikan.
Para Guru Penggerak diharapkan untuk bisa mengimbas, memberi pengaruh, mendorong terjadinya perubahan di dunia Pendidikan melalui perubahan sikap, perubahan mental pada para guru”, ucap Mantan Guru SDK Iteng II yang banyak menginspirasi guru muda itu.
Lebih lanjut, dia menyampaikan kecemasannya terhadap dunia Pendidikan saat ini, dimana tantangan perubahan menuju perbaikan mutu, Pendidikan justru datang dari para guru sendiri. Menurutnya, ada tiga kelompok guru saat ini yang menyebabkan kemunduran dalam dunia Pendidikan yakni, guru yang tidak mengetahui cara berubah, guru yang tidak mau berubah dan guru yang menjadikan sebuah perubahan untuk tidak mau berubah.
Dia menjelaskan, pada tipe pertama, guru mengetahui ada jalan menuju sebuah perubahan, namun enggan untuk melakukan perubahan dan lebih nyaman berada pada tataran zona nyaman. Sementara itu, pada tipe yang kedua, bahwa guru kekurangan sumber informasi untuk dapat berubah.
Sedangkan guru tipikal ketiga adalah guru yang mengetahui jalan menuju perubahan, tetapi selalu menuduh bahwa hal itulah yang akan menghambat sebuah perubahan.
Guru pada tipe tersebut menurutnya, selalu menyalahkan kebijakan, aturan dan atau kurikulum sebagai penghambat menuju sebuah perubahan.
“Dunia Pendidikan sekarang ini, yang menghambat terjadinya sebuah kemunduran di dunia Pendidikan, yang saya lihat bahwa para guru kita yang tidak mau berubah. Ya sudah, di sini saja. Kalau kemarin, buat apa, yang mau berubah seperti apa lagi. Apanya lagi yang berubah, yang ini sudah cukup. Kita punya siswa kemarin sudah banyak yang sukses kok. Yang ini nyaman dengan posisinya. Tetapi pada kelompok yang kedua, ada para guru kita yang tidak tahu bagaimana caranya berubah. Ada perubahan, perubahan di bidang kurikulum, perubahan di bidang yang lain-lainnya, tetapi tidak tahu caranya. Pada kelompok yang ketiga bahwa ada para guru kita, dia menjadikan sebuah perubahan untuk alasan untuk tidak berubah. Dia menyalahkan kebijakan, aturan atau kurikulum sebagai penyebab mundurnya sebuah perubahan. Ini tiga kelompok guru yang menjadi tantangan kelompok (komunitas) ini ke depannya”, tutur pengawas yang biasa disapa Heni itu.
Menjawab hal tersebut, Ketua Komunitas G-RAK Guru Penggerak Satarmese, Danar Wulan, S. Si dalam sambutannya menyampaikan bahwa atas dasar kesadaran dalam diri dan kesamaan pemikiran tentang Pendidikan, khususnya di wilayah Satarmese anggota Komunitas G-RAK Guru Penggerak Satarmese melakukan kegiatan pelatihan pemanfaatan berbasis TIK.
Hal tersebut menurutnya adalah wujud kesadaran diri anggota komunitas akan kekurangan mereka dan melakukan kolaborasi untuk belajar bersama dan sama-sama belajar dalam pengembangan dan peningkatan kemampuan diri sebagai pemimpin pembelajaran.
“Perlu saya sampaikan pada kesempatan ini, bahwa latar belakang terbentuknya komunitas kami ini berangkat dari kegiatan kami dalam program guru penggerak angkatan ketiga, di situ ada aksi nyata yang harus kami implementasikan dalam belajar. Dari situ kami berpikir untuk sama-sama belajar, sama-sama memikirkan aksi nyata. Dari situ kami kembangkan tujuan terbentuknya komunitas ini untuk melakukan kolaborasi untuk ekosistem belajar yang lebih baik dan besar, khususnya di Kecamatan Satarmese. Tentunya kami harus memulai dari diri kami sendiri”, tutur pria kelahiran Kota Pancasila itu.
Danar mengatakan apa yang disampaikan oleh Pengawas Pendidikan Sekolah Dasar Kecamatan Satarmese, tidak bisa dipungkiri. Menurut Danar, hal itu sering dia temukan, termasuk di sekolah dimana beliau mengabdi. Sehingga, menurut dia, salah satu hal baik yang dilakukan saat ini adalah bagaimana guru khususnya anggota komunitas G-RAK Guru Penggerak Satarmese membuat perubahan dengan pemanfaatan lat teknologi yang bisa menunjang pembelajaran.
“Terkait dengan tantangan yang disampaikan oleh Ibu Heni tadi, itu tidak bisa dipungkiri. Saya melihat ada banyak guru, termasuk di sekolah saya dimana mereka merasa nyaman dengan keadaan seperti itu. Tapi kita tahu bahwa Pendidikan itu, pengetahuan itu selalu berubah. Tidak ada keniscayaan bahwa perubahan itu pasti ada. Jadi bagaimana kurikulum sekarang, bagaimana metode siswa, apalagi kita dihadapkan dengan pandemi yang ada justru mempercepat bagaimana kita memikirkan teknologi, penerapan teknologi di dalamnya”, ucap Danar.
Kegiatan pelatihan pemanfaatan teknologi dalam asesmen pembelajaran tersebut difasilitasi oleh Yayasan Karya Murni Ruteng, dengan menjadikan rumah persinggahan mereka sebagai tempat pelatihan dan menjadi base camp bagi komunitas tersebut. Komunitas G-RAK Guru Penggerak saat ini bermitra dengan Program Community Based Rehabilitation (CBR) Karya Murni Ruteng untuk menangani masalah Pendidikan di wilayah Satarmese Raya.
Dalam kegiatan itu hadir pula, Manager Program CBR, Suster Christine Pasaribu, KSSY, Koordinator Lapangan Program CBR, Sebastianus Hanu, S. Pd. (fon/*)