KUPANG,NTT PEMBARUAN.id – Tiga bulan berturut-turut terhitung sejak Juli, Agustus dan September 2018 Provinsi Nusa Tenggara Timur (NTT) mengalami deflasi, dan salah satu faktor pemicu terjadinya deflasi September 2018 di NTT adalah bahan makanan.
Kondisi Juli 2018 lalu, NTT mengalami deflasi sebesar 0, 13 persen dilanjutkan dengan Agustus 2018 sebesar 0,45 persen, dan September 2018 tetap mengalami deflasi sebesar 0,69 persen dengan Indeks Harga Konsumen (IHK) sebesar 131,24 persen.
“Ini bukan karena daya beli masyarakatnya menurun, tetapi suplainya yang meningkat cukup signifikan,” kata Kepala Badan Pusat Statistik (BPS) Provinsi NTT, Maritje Pattiwaellapia saat menyampaikan press release di Ruang Rapat Lantai II Kantor BPS NTT, Senin (1/10/2018)
Deflasi September 2018 di NTT terjadi karena adanya penurunan indeks harga pada tiga kelompok pengeluaran, yakni bahan makanan, kesehatan dan transport. Kelompok bahan makanan mengalami penurunan indeks terbesar yaitu -3,14 persen dengan andil sebesar -0,75 persen.
Menyusul kelompok kesehatan mengalami penurunan indeks sebesar -0,03 persen dengan andil sebesar 0,00 persen, dan transportasi mengalami penurunan indeks sebesar -0,62 persen dengan andil -0,11 persen.
Hal serupa terjadi di Kota Kupang, Ibu Kota Provinsi Nusa Tenggara Timur (NTT) pada September 2018 kembali mengalami deflasi sebesar 0,83 persen. Sedangkan Kota Maumere mengalami inflasi sebesar 0,27 persen.
Pada September 2018, dari 82 kota sample IHK Nasional, 16 kota mengalami inflasi dan 66 kota mengalami deflasi. Inflasi tertinggi terjadi di Kota Bengkulu sebesar 0,59 persen dan terendah terjadi di Kota Bungo dengan inflasi sebesar 0,01 persen.
Deflasi terbesar terjadi di Kota Parepare sebesar 1,59 persen. Sedangkan deflasi terkecil terjadi di Tegal, Singkawang, Samarinda dan Ternate sebesar -0,01 persen. (ade)